Liputan6.com, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) akan masuk garap tambang emas. Perseroan melalui anak usahanya PT Indika Mineral Investindo akuisisi dengan beli saham Nusantara Resources Limited sebesar 19,9 persen.
Mengutip laman PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (12/12/2018), perseroan membeli saham Nusantara Resources Limited senilai AUD 7,68 juta atau sekitar Rp 80,98 miliar (Asumsi kurs Rp 10.545 per dolar Australia) dengan mekanisme private placement. Pembelian 33,4 juta saham Nusantara Resources Limited dengan harga AUS 23 sen per saham.
Lewat private placement ini, Nusantara akan menambah kasnya dan digunakan untuk melanjutkan pengembangan proyek emas Awas Mas. Pengembangan proyek ini melakui studi lanjutan optimalisasi tambang, eksplorasi sekitar tambang, persiapan konstruksi proyek, dan pembiayaan proyek.
Baca Juga
Advertisement
Proyek Awak Mas memiliki perkiraan cadangan ore 1,1 juta ounce dan sumber daya sebesar 2 juta ounce di Sulawesi Selatan. Proyek ini ditemukan pada 1988, dan telah melakukan sekitar 135 km pengeboran yang terdiri dari 1.100 titik bor. Awak mas merupakan perjanjian kontrak karya generasi ke-7 dengan pemerintah Indonesia hingga 2050.
PT Masmindo Dwi, anak perusahaan Nusantara memiliki hak eksklusif untuk eksplorasi proyek Awak Mas hingga 2050. Adapun kontrak karya yang dipegang Masmindo Dwi Area meliputi 14.390 hektar. Lokasi tambang perseroan di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan yang terletak di utara kota Makassar.
"Investasi ini merupakan langkah strategis Indika Energy untuk melakukan diversifikasi usaha ke sektor pertambangan lainnya di luar batu bara," tulis Sekretaris Perusahaan PT Indika Energy Tbk, Adi Pramono.
Adapun Nusantara merupakan perusahaan tambang yang terdaftar di Australian Stock Exchange (ASX) dengan kode saham ASX:NUS.
Bagi Dividen Interim 2018
Sebelumnya, perseroan juga mengumumkan membagikan dividen interim tahun buku 2018 sebesar Rp 283,59 miliar. Dividen interim 2018 sebesar Rp 54,43 per saham. Adapun dividen interim yang akan dibagikan kepada seluruh pemegang saham tercatat dalam daftar pemegang saham yang berhak atas dividen itu pada 13 Desember 2018.
Jadwal pembayaran dividen interim 2018 antara lain cum dividen di pasar regular dan negosiasi pada 11 Desember 2018, ex dividen di pasar regular dan negosiasi pada 12 Desember 2018, cum dividen di pasar tunai pada 13 Desember 2018, ex dividen di pasar tunai pada 14 Desember 2018, dan pembayaran dividen pada 28 Desember 2018.
Perseroan mencatatkan kenaikan laba 46,18 persen dari USD 82,23 juta hingga akhir September 2017 menjadi USD 112,16 juta hingga akhir September 2018. Pendapatan naik 213 persen menjadi USD 2,18 miliar hingga akhir September 2018 dari periode sama tahun sebelumnya USD 694,67 juta.
Indika Energy Siap Garap Energi Terbarukan
Sebelumnya, PT Indika Energy Tbk berencana untuk melakukan diversifikasi usaha antara lain dengan menggarap potensi bisnis energi terbarukan atau renewable energy. Demikian ditegaskan oleh Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasyid dalam peringatan 18 tahun berdirinya perseroan di Fairmont Hotel, Kamis 25 Oktober 2018.
Meski akan melakukan diversifikasi usaha, lanjut dia, namun masih di dalam portofolio bisnis yang sama yaitu energi. Melalui strategi ini, Perseroan dapat memperluas cakupan pelanggan yang dilayani. Indika Energy akan mengeksplor target sektor bisnis yang baru, dan terus mendorong sinergi di antara unit usaha.
"Tujuan pengembangan bisnis perusahaan agar secara jangka panjang dapat memberikan nilai tambah yang optimal dan berkelanjutan untuk seluruh pemangku kepentingan, juga berkontribusi lebih besar kepada pembangunan Indonesia,” tuturnya.
Arsjad menambahkan, Perseroan akan mengoptimalkan eksplorasi kekayaan alam lainnya di Indonesia. Perseroan bahkan akan terus lakukan inovasi guna menyesuaikan revolusi industri 4.0
"Ke depan kita akan lakukan diversifikasi energi lainya selain solar agar renewable. Sustainability kedepan penting buat RI dan perusahaan. Jadi tidak hanya di batu bara tapi non batubara di energinya," paparnya.
Indika Energy menargetkan kontribusi bisnis di luar batu bara dapat menyubang lebih dari 25 persen terhadap total pendapatan.
"Di atas 25 persen net income dari non coal. Supaya jangan bergantung, tetap diperlukan yang coal. Supaya secara portofolio kita melihat resiko itu terbagi," ia menambahkan.
Arsjad pun menegaskan, perusahaan akan memanfaatkan perkembangan revolusi industri 4.0 untuk meningkatkan keunggulan operasional industri di Indonesia secara umum. Ini bertujuan agar risiko bisnis perseroan terbagi secara jelas.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement