Rebut Blok Corridor, Pertamina Bersaing dengan 2 Perusahaan Asing

Saat ini SKK Migas tengah melakukan evaluasi terhadap ketiga perusahaan yang berminat untuk mengelola Blok Corridor.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 12 Des 2018, 14:15 WIB
Manager Production RU II Pertamina Sei Pakning Nirwansyah dan Health, Security & Safety Environment (HSSE) Officer Azhari meninjau area kilang RU II Sei Pakning, Bengkalis, Riau, Selasa (17/10). (Liputan6.com/Yulia)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) bersaing dengan perusahaan asing untuk memperebutkan pengelolaan Blok Minyak dan Gas Bumi (Migas) Corridor, di Sumtera Selatan.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, ada tiga perusahaan yang berminat mengelola Blok Corridor. Ketiga perusahaan tersebut adalah Pertamina, ConocoPhillips asal Amerika Serikat (AS) dan Repsol dari Spanyol.

"kan ada Pertamina, ConocoPhillips‎, terus sama Repsol," kata Dwi, di Jakarta, Rabu (12/12/2018).

Saat ini SKK Migas tengah melakukan evaluasi terhadap ketiga perusahaan tersebut. Selain SKK Migas, evaluasi juga dilakukan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Evaluasi tersebut dilakukan untuk menentukan operator yang cocok untuk mengoperasikan blok yang akan habis masa kontraknya pada 2023.

"Iya (masih dievaluasi) yang bertiga ini masih sangat berminat," tuturnya.

Dwi mengungkapkan, tim terus bekerja untuk mencari perusahaan terbaik, dia berharap pada pekan depan akan mendapat hasil yang lebih detail sehingga pada tahun ini perusahaan yang menjadi operator Blok Corridor dapat ditetapkan.

"Mudah-mudahan minggu depan, kalau semua ini, akan lebih mengerucut lagi. Nanti kalau memang kesepakatan kesepakatannya bisa dicapai ya bisa tahun ini," tandasnya.


Pertamina Segera Garap Proyek Pembangunan Kilang RDMP Balikpapan

Manager Production RU II Pertamina Sei Pakning Nirwansyah meninjau area kilang RU II Sei Pakning, Bengkalis, Riau Selasa (17/10). Kilang tersebut memiliki luas mencapai 280 hektare. (Liputan6.com/Yulia)

PT Pertamina (Persero) mengatasi ketertinggalan program pembangunan Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan. Langkah dilakukan dengan menetapkan kontrak pelaksanaan konstruksi rancangan konstruksi‎ (Engineering, Procurement and Construction/EPC‎).

Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan, proses pembangunan kilang Balikpapan memasuki babak baru, dengan ditandatanganinya EPC, ruang lingkup pembangunan kilang baik Inside Battery Limit (IBL) maupun Outside Battery Limit (OSBL). Setelah melalui proses lelang pada 15 Maret – 26 November 2018, dinyatakan selesai dan telah diumumkan pemenangnya pada 30 November 2018.

"Penandatanganan kontrak ini akan menandai dimulainya pembangunan RDMP Balikpapan," kata Nicke, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (10/12/2018). 

Nicke menuturkan, penetapan EPC merupakan upaya mengejar pembangunan RDMP Kilang Balikpapan yang mengalami keterlambatan. EPC pembangunan kilang digarap perusahaan dalam dan luar negeri yakni SK Engineering & Construction Co. Ltd., Hyundai Engineering Co. Ltd., PT Rekayasa Industri  dan PT PP (Persero) Tbk. 

"Memang kita akui pembangunan kilang memang mengalami keterlambatan karena itu lebih baik telat dari pada tidak sama sekali,‎" tutur dia.

Pembangunan RDMP kilang Balikpapan dilakukan secara bertahap. ‎Diperkirakan selesai lebih cepat dari target awal 60 bulan menjadi 53 bulan. Adapun kontrak pembangunan RDMP Balikpapan mencapai Rp 57,8 triliun.

RDMP Kilang Balikpapan bagian dari proyek strategis Pertamina untuk mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional. Nantinya, kapasitas Kilang Balikpapan akan bertambah hingga 100 ribu barel per hari, atau naik 38 persen dari sebelumnya 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya