Perjalanan Lintas Galaksi Demi Mencari Kehidupan Baru, Akankah Terwujud?

Meski kedengarannya mustahil, Stephen Hawking optimistis teknologi tersebut bisa direalisasikan dalam waktu kurang dari satu abad.

oleh Jeko I. R. diperbarui 16 Des 2018, 10:00 WIB
Ilustrasi wormhole dan perjalanan watu (time travel) (sumber: NASA.gov)

Liputan6.com, Jakarta - Stephen Hawking sempat mengatakan kalau Bumi akan hancur dalam kurun waktu 100 tahun lagi.

Ahli fisikawan terkemuka tersebut, bahkan menyarankan umat manusia harus segera mencari planet baru jika tidak ingin musnah.

Maka itu, salah satu cara yang akan dilakukan Hawking adalah mengadakan perjalanan lintas galaksi dan waktu atau disebut interstellar.

Meski kedengarannya mustahil, ia optimistis teknologi tersebut bisa direalisasikan dalam waktu kurang dari satu abad.

Dalam pandangan Hawking, wahana perjalanan lintas galaksi dan waktu nanti akan berupa pesawat luar angkasa ala Star Trek yang ditenagai oleh reaktor cahaya.

"Bumi sudah memasuki ancaman dalam fase yang lebih besar. Sumber daya kita akan mulai habis. Kita bisa lihat perubahan-perubahan itu datang dari peristiwa alam seperti iklim ekstrem, penggundulan hutan, punahnya hewan-hewan. Kita tidak bisa tinggal diam," kata Hawking sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip via Mirror, Minggu (16/12/2018).


Jangka Hidup Manusia

Stephen Hawking (Photo by Joel Ryan/Invision/AP)

Alasan Hawking ingin melakukan perjalanan lintas galaksi dan waktu tak lain karena soal jangka hidup manusia.

"Perjalanan ke planet baru bisa jadi akan memakan waktu puluhan ribu tahun, usia manusia mana ada yang bisa bertahan selama itu. Karenanya, kita butuh wahana yang bisa mengantar umat manusia antar dimensi untuk bisa mencari dunia baru dalam waktu singkat," lanjutnya.

Teori Hawking soal kehancuran Bumi, juga dipaparkan dalam seri dokumentasi bertajuk "Expedition New Earth".

Dalam seri itu, Hawking dan ilmuwan Christophe Galfard meneliti keterkaitan antara ilmu astronomi, biologi, dan teknologi roket untuk memastikan kemungkinan manusia bisa tinggal di sebuah planet selain Bumi.


StarChip

Ilmuwan terkemuka Stephen Hawking saat di kantornya di The Centre for Mathematical Sciences, University of Cambridge, London, Inggris, 14 Desember 2011. Hawking meninggal dunia pada hari ini, Rabu (14/3/2018). (AFP PHOTO/LONDON SCIENCE MUSEUM/SARAH LEE)

Apa yang diucapkan Hawking ternyata tak main-main.

Diketahui, pria berkacamata tersebut belum lama ini telah bekerja sama dengan NASA dan miliarder asal Rusia, Yuri Milner, membangun wahana nano-starship yang fungsinya untuk bisa terbang ke sebuah planet dalam kecepatan cahaya. Jadi, wahana ini bisa dikatakan sebagai wahana perjalanan lintas galaksi dan waktu.

Selain Yuri Milner, program tersebut juga didukung sekelompok ilmuwan dan beberapa miliarder ternama lainnya yang bertindak sebagai investor.

Bahkan, pendiri Facebook Mark Zuckerberg disebut-sebut juga turut andil dalam pengembangan program ini.

Wahana robot mini bernama "StarChip" tersebut, konon bisa mencapai Alpha Centauri, yaitu bintang terdekat Tata Surya yang jaraknya berkisar 4,37 tahun cahaya dari Bumi.

 


Dua Dekade

Proxima Centauri adalah bagian dari sistem perbintangan Alpha Centauri yang berjarak sekitar 4,2 tahun cahaya dari tata surya kita. (Sumber NASA JPL)

Jika program ini berhasil dieksekusi, jarak tempuh wahana tersebut ke Alpha Centauri hanya memakan waktu dua dekade.

Dan nanti, ia akan menciptakan wahana dalam skala lebih besar untuk menampung manusia beranjak dari Bumi.

Seperti diketahui, untuk menggapai area Alpha Centauri dengan menggunakan pesawat luar angkasa konvensional membutuhkan waktu yang sangat lama, yaitu sekitar 30 ribu tahun.

Alpha Centauri sendiri merupakan bintang yang diyakini banyak ilmuwan merupakan sebuah zona layak huni.

Nanti, wahana nano-starship akan melayang di luar angkasa menggunakan panel surya yang mampu membuat kecepatan pesawat ini lebih stabil.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya