Liputan6.com, Blitar - Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Timur, Hidayatur Rahman mengapresiasi langkah pemerintah yang telah impor jagung sebanyak 100.000 ton. Sebab, apabila itu tidak dilakukan para peternak mandiri semakin tercekik akibat tingginya harga pakan jagung.
"Ini sinyalnya positif. Karena kalau tidak, ini pasti bisa tembus Rp 8.000 per kilogram kalau ini tidak ada impor. Dampaknya peternak semaput," kata dia saat dijumpai di Kabupaten Blitar, seperti ditulis Jumat (14/12/2018).
Dia menuturkan, dengan kondisi harga yang saat ini mencapai hampir Rp 6.000 per kilogram (kg) saja banyak para peternak menjerit. Apalagi, harga tersebut dua kali lipatnya dari harga normal yakni di kisaran Rp 4.000 per kilogram.
Baca Juga
Advertisement
"Jadi peternak akan mengalami kerugian yang sangat besar, dengan harga Rp 5.800 sekarang saja jagung tidak tersedia dan boleh dibilang kita beli naikin 50 kalau gak naikin tidak dapat barang ditaikin terus ini," tutur dia.
Oleh karena itu, dirinya mengapresiasi pemerintah yang telah memutuskan impor jagung. Sebab, apabila tidak ada impor para peternak tidak mengetahui bakal dapat jagung dari mana. Sedangkan awal tahun tidak lagi masa panen, belum lagi faktor cuaca sedang musim hujan.
"Itu pasti menjadi malapetaka bagi peternak," imbuhnya.
Diketahui, Pemerintah Jokowi-JK memutuskan untuk impor jagung pakan ternak sebanyak 50.000 ton hingga 100.000 ton pada akhir tahun 2018. Hasil impor jagung ini dilakukan untuk menjaga kebutuhan para peternak mandiri.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Pengusaha Minta Impor Jagung Tahap Dua, Ini Alasannya
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Timur, Hidayatur Rahman meminta, kepada pemerintah untuk mengadakan impor jagung tahap kedua.
Sebab, jumlah impor jagung yang diberikan sebanyak 100.000 ton dinilai tidak mencukupi kebutuhan para peternak di Indonesia.
"Kita Blitar sendiri butuhnya kurang lebih butuh 1.000-1.500 ton per hari. Padahal temen kita masih butuh yang di malang, Tulungagung, Kediri, Magetan, Pasuruan yang juga basis. Ini belum mendapatkan. Makanya kami usulkan ada impor kedua," kata Rahman, saat ditemui di Desa Kebon Duren, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, Kamis 13 Desember 2018.
Rahman mengatakan, dari total 100.000 ton kebutuhan jagung untuk di Jawa Timur saja bisa mencapai sekitar 70 persen. Sementara pengadaan di Jawa Barat 30 persen. Oleh karena itu, dirinya menekankan agar pemerintah berpikir kembali untuk memenuhi stok kebutuhan para peternak mandiri.
"Kita paling khawatirnya pada Februari. Karena tidak ada panen. Kalau sekarang masih ada sedikit-sedikit. Panen kemungkinan Maret," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement