Liputan6.com, Jakarta - Memasuki akhir pekan ini, harga telur ayam dalam negeri mulai turun di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta.
Pedagang memperkirakan, penurunan harga ini disebabkan adanya operasi pasar yang dilakukan pihak berwenang. Herman (29), salah seorang pedagang telur di Pasar Kebayoran Lama melaporkan, telur ayam dalam negeri di tempatnya kini dijual Rp 26 ribu per kg, atau turun Rp 1.000 dari harga semula.
"Telur ayam dalam negeri lagi turun Rp 26 ribu per kg, sudah 2 hari. Tadinya terakhir Rp 27 ribu. Mungkin karena ada operasi pasar, makanya turun. Jumlah pasokan padahal masih sama saja," cerita dia kepada Liputan6.com, Jumat (14/12/2018).
Sebelumnya, ia sempat mempertanyakan harga telur di pihak distributor yang terus naik, meski secara permintaan hingga jumlah pasokan masih banyak.
Baca Juga
Advertisement
Penurunan harga ini dibenarkan Udin (19), seorang pedagang telur di pasar yang sama. Meski begitu, dia sudah turunkan harga telur ayam dalam negeri hampir satu pekan.
"Telur ayam dalam negeri sudah turun Rp 26 ribu per kg, udah hampir seminggu lah. Terakhir tadinya Rp 27 ribu," ujar dia.
Di sisi lain, pemotongan harga juga turut dirasakan produk telur lainnya semisal telur ayam kampung, telur bebek hingga telur puyuh. Herman dan Udin serentak menawarkan telur ayam kampung pada angka Rp 1.700 per butir, turun dari harga semula Rp 1.800 per butir.
Untuk telur bebek, keduanya juga mematok harga sama Rp 2.300 per butir, turun dari Rp 2.400 per butir. Sedikit berbeda, Herman menurunkan harga jual telur puyuh menjadi Rp 28 ribu dari harga semula Rp 29 ribu per kg, sedangkan Udin tetap menjualnya sebesar Rp 29 ribu per kg.
Peternak Ungkap Penyebab Tingginya Harga Telur Ayam
Sebelumnya, kenaikan harga jagung dinilai menjadi penyebab tingginya harga telur di pasaran belakangan ini. Pasalnya, jagung merupakan bahan baku utama pakan ayam ternak.
Presiden Forum Peternak Layer Nasional, Musbar Mehdi mengatakan, mekanisme harga telur yang melonjak di pasar disebabkan oleh biaya produksi yang meningkat. Biaya produksi tersebut berasal dari biaya pakan ternak.
"Salah satu bahan baku pakan adalah jagung yang juga mengalami kenaikan dan mengalami kelangkaan. Semua ini adalah rentetan dari harga telur yang naik,” ujar dia di Jakarta, Jumat 30 November 2018.
Menurut dia, ketersediaan dan keterjangkauan harga pakan oleh para peternak sangat penting. Jika para peternak sulit mendapatkan pakan karena harga yang melambung tinggi, maka berdampak pada kenaikan harga telur.
"Di mana bahan pakan penting harganya bisa dijangkau masyarakat. Bicara soal produksi tidak ada yang proteksi umum. Kepentingan masyarakat umum itu sama dengan kepentingan nasional. Biaya pakan 50 persen itu dari jagung," ungkap dia.
Oleh sebab itu, lanjut Musbar, pemerintah harus menjaga stabilitas dan ketersediaan pakan. Dia berharap agar jagung impor bisa secepatnya tiba di Tanah Air.
"Apabila tiba di Indonesia pada awal tahun 2019, bisa tidak dapat terserap oleh peternak mandiri karena bersamaan dengan panen raya, di mana harga jagung di petani lebih murah," kata dia.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi, Kementerian Kementerian (Kementan), Ali Jamil mengatakan, pemerintah telah memutuskan untuk membuka keran impor jagung hingga 100 ribu ton di akhir tahun. Hal ini dilakukan di tengah perhitungan produksi jagung di 2018 yang diperkirakan surplus hingga 12,98 juta ton.
Namun demikian, lanjut dia, Kementan tetap mendorong peningkatan produksi pertanian dalam negeri. Dengan harapan akan meningkatkan kesejahteraan petani lokal khususnya.
Menurut Ali, keputusan impor ini diambil sebagai upaya penyelamatan peternak ayam mandiri, serta menjaga stabilitas harga ayam dan telur.
"Sebagai upaya melindungi masyarakat konsumen dengan menjaga harga pasokan bahan pangan dan stabilitas harga di pasar. Sehingga angka inflasi terjaga sebagaimana yang ditargetkan pemerintah," tutur dia.
Sedangkan Kasatgas Kordinasi dan Solusi, Satgas Pangan, Kombes Pol Krisnandi mengatakan, pihaknya akan selalu melakukan komunikasi, kordinasi dan kolaborasi dengan kementerian, asosiasi dan peternak dan petani untuk menjaga stabilitas harga jagung dan telur di Tanah Air.
“Stabilitas harga jagung, merupakan peran dari petani jagung, perusahaan pakan ternak dan pemangku kepentingan yakni Kementan, Kemendagri dan Perum Bulog. Tak hanya itu juga akan mengawasi kelancaran distribusi mulai dari hulu ke hilir sehingga tercipta ketersediaan jagung pakan dan harga jagung yang stabil,” tandas Krinandi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement