Liputan6.com, Washington DC - Pihak berwenang di empat negara tengah menyelidiki kiriman puluhan ancaman bom via email pada Kamis, 13 Desember 2018 sore waktu setempat. Hal itu menyebabkan kegelisahan dan gangguan bisnis, tetapi tidak ada laporan kekerasan akibat insiden tersebut.
Seperti dikutip dari CNN, Jumat (14/12/2018), ancaman bom dilaporkan diterima di seluruh Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Selandia Baru. Sejumlah universitas, gedung pengadilan dan kantor surat kabar juga menerima teror tersebut, namun tak diketahui apakah isinya sama.
Advertisement
Polisi setempat di puluhan kota dan distrik pun alhasil jadi bersiaga. Begitu pula FBI dan Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api serta Bahan Peledak.
"Para penerima ancaman bom itu dilaporkan menerima email yang menyebut ada bom tersembunyi akan meledak kecuali pengirim menerima tebusan Bitcoin," kata polisi Selandia Baru.
Email itu menuntut US$ 20.000 melalui Bitcoin yang diberikan ke afiliasi CNN, KOCO-TV di Oklahoma City hari Kamis. Di sana, seorang pemirsa akan menerimanya.
Sejauh ini belum dapat dipastikan apakah semua orang yang menerima ancaman itu mendapatkannya di hari yang sama, yakni hari Kamis.
Pesan itu identik dengan peringatan email yang diposting di media sosial oleh Departemen Kepolisian Cedar Rapids, Iowa, dan mirip dengan deskripsi ancaman lain yang dipasang di media sosial nasional.
Departemen Kepolisian Cedar Rapids memposting: "Departemen Kepolisian telah menemukan 'tak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa email-email ini asli. Sepertinya itu email dari robot yang telah dikirim ke seluruh area dengan harapan dapat menipu dan mendapat sejumlah uang. Kami juga telah menerima informasi bahwa kawasan bisnis di distrik sekitarnya kemungkinan juga menerima email ini."
Sejauh ini pihak CNN tidak mengungkapkan nama pengirim dan penerima atau spesifik akun Bitcoin.
Ancaman Serupa yang Dikirim Sebelumnya
Sejauh ini juga tak dapat dipastikan bahwa ancaman bom pada hari Kamis itu terkait dengan serangkaian ancaman bom melalui layanan pesan online ke penerima di beberapa negara sejak akhir Agustus.
Menurut analisis CNN selama lebih dari tiga bulan, lembaga akademis, lembaga penegak hukum federal dan negara bagian, toko senjata, dan kantor pemerintah distrik di lebih dari selusin negara menerima email mengancam yang dianggap hoaks oleh otoritas penegak hukum.
Dalam peringatan yang ditinjau oleh CNN, FBI baru-baru ini berbagi informasi dengan otoritas penegak hukum secara nasional tentang email sebelumnya, kiriman "Guerilla Mail" yang menutupi identitas pengirim.
Buletin tersebut mengindikasikan FBI belum mengidentifikasi perangkat nyata atau tipuan di lokasi yang terancam bom, menunjukkan bahwa paling tidak beberapa dari ancaman bom itu cukup kredibel untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Ancaman di Kampus, Media, Gedung Pengadilan
Di Seattle, Universitas Washington, sudah diberikan peringatan di seluruh kampus bahwa FBI telah "memberi tahu bahwa email itu bukan ancaman yang kredibel.
"Universitas ini menyimpulkan banyak sekali bangunan yang mungkin terkena dampak. Thurston County Courthouse atau Gedung Pengadilan Thurston di Olympia, Washington, dan surat kabar Park Record di Park City, Utah, juga menerima email ancaman yang sama. Orang-orang telah diizinkan kembali ke dalam gedung di lokasi tersebut," menurut twit di akun Twitter Thurston County Courthouse yang terverifikasi.
Di California, Kantor Sheriff Riverside mengalami "gelombang ancaman email" dan menganggapnya serius, meskipun tidak ada ancaman yang terbukti.
Departemen Kepolisian San Francisco juga menanggapi laporan ancaman bom di berbagai lokasi di seluruh kota. "Kami telah menerima informasi bahwa beberapa kota lain di seluruh Amerika Serikat telah menerima ancaman serupa," kata polisi di sana.
Polisi Negara Bagian Pennsylvania "sedang menyelidiki beberapa ancaman bom di bagian timur negara bagian itu," kata juru bicara departemen itu kepada CNN."
Penn State University Police, bersama dengan Biro Investigasi Federal, sedang menyelidiki pesan yang diterima oleh individu di beberapa lokasi di kampus dan di seluruh negara bagian," kata universitas dalam sebuah pernyataan.
"Polisi mengatakan ini tidak tampak sebagai ancaman sesungguhnya, namun, penyelidikan sedang berlangsung."
Polisi universitas kemudian mengatakan bahwa ancaman itu adalah tipuan. Departemen Kepolisian Chicago menerima 15 hingga 20 laporan ancaman melalui email dalam beberapa jam terakhir, menurut Petugas Jennifer Bryk.
Direktur Komunikasi Anthony Guglielmi mengunggah twit, "#ChicagoPolice bekerja dengan mitra federal dalam penyelidikan, dan saat ini tidak ada tingkat ancaman yang tinggi untuk kota Chicago."
Ancaman bom juga diemail ke Charlotte News & Observer dan surat kabar Raleigh News & Observer di North Carolina. Lusinan ancaman lainnya dilaporkan dari seluruh negeri di kemudian hari, kata pihak berwenang.
Saksikan juga video berikut ini:
Ancaman Mencakup Empat Negara
FBI juga melaporkan bahwa ancaman bom juga diterima di Kanada, yakni dari Vancouver, Ottawa dan Toronto.
"Kami mendesak warga Kanada untuk mengikuti arahan penegak hukum setempat dan melaporkan sesuatu yang mencurigakan kepada FBI," kata Scott Bardsley, Penasihat Senior untuk Komunikasi untuk Kantor Menteri Keselamatan Publik dan Kesiapan Darurat.
"Insiden Swatting (prank/lelucon) adalah kejahatan serius dan akan diselidiki oleh polisi."
Otoritas Selandia Baru kemudian juga melaporkan bahwa ada tiga insiden serupa berupa email ancaman yang menuntut tebusan Bitcoin, menurut juru bicara kepolisian setempat.
Sementara Pusat Keamanan Cyber Australia (ACSC) telah memperingatkan "kampanye email ancaman bom yang makin meluas."
"Dalam situasi apa pun individu tidak harus menanggapi email semacam itu, atau mentransfer uang atau bitcoin," kata seorang juru bicara ACSC.
"Sebagai tindakan pencegahan, lembaga kepolisian negara bagian memperlakukan email ini sebagai ancaman yang sah hingga dikonfirmasi. Jika orang-orang menerima email, kami mendesak mereka untuk melaporkan masalah ini ke dinas kepolisian setempat."
Advertisement