Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu lanjutkan penguatan pada perdagangan saham selama sepekan. Hal itu didorong sektor saham komoditas.
Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, Sabtu (15/12/2018), IHSG naik 0,7 persen ke posisi 6.169 hingga Jumat 14 Desember 2018 dari periode pekan lalu di posisi 6.126. Pada perdagangan Jumat 14 Desember 2018, IHSG turun tipis 7,8 poin ke posisi 6.169.
Penguatan IHSG didorong saham kapitalisasi besar masuk LQ45. Saham kapitalisasi besar naik 0,8 persen selama sepekan.
Meski demikian, investor asing cenderung jual saham senilai USD 152 juta atau sekitar Rp 2,21 triliun (asumsi kurs Rp 14.595 per dolar AS).
Baca Juga
Advertisement
Di pasar obligasi, indeks turun 0,3 persen hingga perdagangan Kamis. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun ke posisi 8,1 persen. Investor asing jual obligasi USD 153 juta hingga Selasa.
Ada sejumlah sentimen pengaruhi pasar keuangan global termasuk IHSG.Dari eksternal, sentimen perang dagang masih bayangi pasar keuangan global. China setuju memangkas tarif impor otomotif Amerika Serikat (AS) dan membeli kedelai. Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross menuturkan, kalau laporan tersebut menyenangkan investor.
Dari kabar kasus CFO Huawei Meng Wanzhou, pengadilan Kanada membebaskan dengan jaminan kepada Wanzhou. Presiden AS Donald Trump juga menyatakan kalau dirinya akan intervensi terkait kasus penangkapan putri pendiri Huawei tersebut jika demi keamanan dan meredam perang dagang dengan China.
Selain itu, dari data ekonomi AS, tingkat inflasi AS turun menjadi 2,2 persen pada November 2018 dari posisi Oktober 2,5 persen. Ini sesuai harapan pasar.
Harga konsumen cenderung tetap usai naik 0,3 persen pada Oktober 2018. Indeks saham bensin turun 4,2 persen. Sementara itu, gaji di sektor non pertanian naik 155 ribu pada November 2018 dari revisi Oktober 2018 sebesar 237 ribu. Ada peningkatan di sektor perawatan kesehatan, manufaktur dan transportasi.
Perkembangan Britain exit (brexit) juga menjadi sorotan. Perdana Menteri Inggris Theresa May memenangkan pemungutan suara dari mosi tidak percaya. Ia memenangkan 200 banding 117 suara konservatif di Majelis Rendah pada Rabu 12 Desember 2018.
Ia menuturkan, pihaknya perlu untuk melanjutkan tugas melaksanakan Brexit. May mengajukan banding secara langsung kepada para pemimpin Uni Eropa untuk membantunya selamatkan kesepakatan Brexit, dan sebagai satu-satunya dapat memenangkan mayoritas di parlemen.
Di sisi lain, bank sentral Eropa memangkas proyeksi. Bank Sentral Eropa menyatakan akan menghentikan pembelian obligasi pada Desember dan mengakhiri pelonggaran kuantatif selama empat tahun. Ditambah membatasi dukungan moneter besar-besaran meski pun ekonomi zona Uni Eropa masih rentan.
Bank sentral Eropa juga membuat revisi prospek pertumbuhan 2018 dan 2019. Pertumbuhan ekonomi pada 2018 sebesar 1,9 persen dari sebelumnya 2 persen. Pada 2019, pertumbuhan ekonomi diperkirakan 1,7 persen dari sebelumnya 1,8 persen. Inflasi diperkirakan 1,8 persen pada 2018.
Selanjutnya
Data China juga menunjukkan tanda-tanda melemah. Produksi industri China naik 5,4 persen pada November dari Oktober 5,9 persen. Pertumbuhan itu terkecil dalam produksi industri sejak Januari-Februari 2016.
Pertumbuhan produksi industri berkurang karena sektor manufaktur dan pertambangan. Sedangkan sektor utilitas meningkat lebih cepat.
Penjualan ritel China meningkat 8,1 persen pada November 2018. Akan tetapi, lebih kecil dari Oktober sebesar 8,6 persen.
Adapun pada pekan depan, ada rilis neraca perdagangan Indonesia keluar pada Senin 16 Desembr 2018. Diperkirakan neraca perdagangan alami defisit USD 790 juta.
Selain itu, ada pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve pada 18-19 Desember 2018 dan pertemuan Bank Indonesia 20 Desember.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement