Sektor Ritel Melambat Bakal Bayangi Pertumbuhan Ekonomi 2019

Bila ekspor dan investasi meningkat dapat kontribusi pertumbuhan ekonomi 2-5 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 15 Des 2018, 20:30 WIB
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode sama dalam tiga tahun terakhir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Pengamat Ekonomi, M. Nawir Messi pesimistis, ekonomi Indonesia mampu tumbuh 5,2 persen pada 2019. Hal tersebut karena pertumbuhan sektor konsumsi masih di bawah tahun-tahun kejayaannya.  

Nawir menuturkan, konsumsi rumah tangga bisa dilihat dari pertumbuhan sektor ritel yang terjadi saat ini. Sejak 2011 sektor ritel mampu tumbuh dua digit, tapi hal itu tidak terjadi di tahun 2017 dan 2018.

Mantan Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) ini menuturkan, pada 2011 dan 2012, sektor ritel mampu tumbuh dua digit dengan mencapai 14-15 persen. 

"Teman-teman banyak yang optimis sekarang lebih dari 5 persen dan tahun depan 5,2. Saya kok tidak melihat itu, karena konsumsi rumah tangga indikator yang utama adalah pertumbuhan ritel," ujar dia, dalam diskusi, di Atjeh Connection Sarinah, Jakarta, Sabtu (15/12/2018).

Menurut dia, jika kinerja sektor ritel tak moncer, hal tersebut berarti adanya penurunan permintaan dari masyarakat. "Ini implikasinya adalah permintaan rumah tangganya stagnan. Jadi saya kok agak ragu kita bisa tumbuh 5,2 persen (pada tahun 2019)," lanjut dia. 

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 


Selanjutnya

Suasana pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi pada periode sama dalam tiga tahun terakhir. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Selain itu, menurut dia, geliat usaha di sektor swasta pun tampaknya juga tidak sebaik dahulu. Hal itu ditunjukkan dengan permintaan iklan swasta di media massa yang mulai menurun. 

"7 atau 8 tahun terakhir selalu double digit iklan dari swasta. Tapi sekarang, kalau private sektor itu growth iklan ini cuma 4 persen. Kalau pemerintah di iklan dulu kontribusinya cuma 20-30 persen dan pemerintah sekarang justru lebih berkontribusi di iklan," kata dia. 

Berdasarkan indikator tersebut, Ia menegaskan, tidak akan ada perubahan mencolok pada ekonomi Indonesia, setidaknya pada semester I 2019.

"Tidak ada perubahan mencolok di semester I tahun depan. Kondisi yang slowing down dari awal tahun sampai akhir tahun ini bisnis akan wait and see. Ekspor juga begitu, iklim perdagangan dan investasi itu kalau bisa improve, itu harusnya bisa mengkatrol pertumbuhan 2-5 persen," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya