Impor Sayuran RI Capai 116 Ribu Ton di November 2018, Terbanyak dari China

Impor produk buah-buahan seperti anggur dari China turun USD 29,4 juta, jeruk mandarin turun USD 15,6 juta serta pear juga turun.

oleh Merdeka.com diperbarui 17 Des 2018, 14:45 WIB
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada November sebesar USD 16,88 miliar. Beberapa impor komoditas yang meningkat pada November adalah besi, baja dan sayuran.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, impor sayuran Indonesia mengalami peningkatan nilai sebesar USD 57 juta jika dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Oktober impor sayuran sebesar USD 40 juta, sementara November USD 97 juta.

"Peningkatan terbesar itu minuman USD 75,3 juta, besi dan baja USD 64,7 juta, dan sayuran USD 57 juta," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (17/12/2018).

Menurut data BPS, impor sayuran pada November tercatat sebesar 116.536 ton. Terbesar berasal dari China dengan nilai 94.054 ton, disusul oleh Myanmar sebesar 1.273 ton, Etiopia mencapai 3.144 ton, Australia sebanyak 1.470 ton dan Selandia Baru di angka 44 ton.

Secara akumulatif, sejak Januari hingga November impor sayuran sudah mencapai 732.715 ton. Dengan keseluruhan nilai impor telah mencapai USD 602 juta.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Penurunan Impor

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kebijakan ISRM diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pelayanan dan efektifitas pengawasan dalam proses ekspor-impor. (Liputan6.com/Immaniel Antonius)

Pada bulan yang sama, penurunan impor juga terjadi pada beberapa komoditas barang konsumsi. Salah satunya, produk buah-buahan seperti anggur dari China turun USD 29,4 juta, jeruk mandarin turun USD 15,6 juta serta pear juga turun.

"Bahan baku turun 4,14 persen atau USD 12,86 miliar. Ada beberapa bahan baku yang turun seperti kedelai, gandum dan florid. Barang modal turun 5,92 persen atau USD 2,59 miliar seperti gasoline engine dan beberapa mesin lainnya yang menurun," jelas Suhariyanto.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya