Liputan6.com, Mossouri - Julia Lorraine Hill lahir pada 18 Februari 1974 di Mount Vernon, Missouri. Ayahnya adalah seorang pendeta evangelis yang selalu bepergian naik karavan untuk mengabarkan Injil ke seluruh negeri.
Julia dan dua adik laki-lakinya menghabiskan masa kecil dengan bermain di luar, di antara pohon-pohon atau tepian sungai di kota di mana ayahnya bertugas.
Baca Juga
Advertisement
Saat berusia enam tahun, Julia Hill dan keluarganya sedang berjalan-jalan (hiking) di alam liar. Tiba-tiba, seekor kupu-kupu hinggap di jarinya. Hewan itu tak beranjak dari sama dalam waktu lama. Itulah asal-usul nama julukannya, Butterfly.
Setelah keluarganya menetap di Arkansas, Julia Hill belajar di Arkansas State University. Namun, ia putus kuliah dan bekerja di sejumlah bar dan restoran di sekitar Fayetteville.
Pada 1996, sebuah kecelakaan tragis mengubah hidupnya. Kala itu, usia Julia Hill baru 22 tahun.
Seperti dikutip dari situs thespruce.com, Julia sedang mengemudikan mobil saat kendaraan yang dikendalikan seorang pria mabuk menabraknya. Roda kemudi atau setir (steering wheel) menembus tengkoraknya.
Untung nyawanya selamat. Namun, dibutuhkan waktu setahun terapi fisik dan kognitif intensif untuk memulihkan kondisinya. Pada akhirnya, Julia bisa berjalan dan bicara normal. Dan, perempuan itu bahkan menganggap kecelakaan mengerikan yang ia alami sebagai momentum untuk menemukan jalan hidup.
"Setir mobil di kepalaku, secara kiasan dan harfiah, mengarahkan ke arah baru dalam hidupku...Saat pulih, aku menyadari bahwa seluruh hidupku jauh dari seimbang...Aku terobsesi dengan karier, kesuksesan, dan hal-hal material. Kecelakaan itu membangunkanku akan pentingnya sebuah momentum, dan untuk melakukan apapun yang aku bisa untuk membuat dampak positif bagi masa depan," kata Julia.
Sejumlah orang menyamakan apa yang terjadi pada Julia Hill dengan kecelakaan industri yang nyaris membutakan John Muir. Tak hanya cara hidupnya yang berubah drastis, Muir kemudian menjelma sebagai aktivis yang aktif dalam isu pelestarian hutan belantara.
Setelah pulih, Julia melakukan perjalanan ke California. Pada 1997, ia terpesona oleh "kebijaksanaan, energi dan spiritualitas" yang dipancarkan sebuah hutan berisi pohon redwood.
Ia pun menjalin kontak dengan sekelompok "pengasuh pohon" (tree sitter) di California utara yang memprotes penebangan pepohonan jenis Sequoia sempervirens itu oleh Pacific Lumber Company.
Para aktivis melakukan protes dengan cara 'menduduki' pohon yang mereka bela. Julia setuju untuk bergabung. Dalam beberapa hari kemudian, ia tinggal 180 kaki atau 54 meter di atas tanah.
Ia tinggal di atas sebuah pohon berusia 1.500 tahun yang dijuluki Luna. Kali pertama, Julia tinggal enam hari di sana. Namun, pada 1997, ia hidup di sana selama lebih dari dua tahun, persisnya selama 738 hari.
Sama sekali tak mudah untuk tinggal di atas pohon selama itu. Julia harus berjuang melawan sakit, helikopter-helikopter yang sengaja mengganggu, suhu beku, pengepungan oleh penjaga yang dikerahkan Pacific Lumber, hujan lebat, angin kencang El Nino di musim dingin, dan tantangan-tantangan lain.
Julia memanaskan makanan di atas kompor propane kecil dan membungkus tubuhnya dengan kantong tidur atau sleeping bag.
Keberanian, juga kegigihannya menarik perhatian media internasional. Julia Hill menjelma jadi semacam selebritas di bidang pelestarian alam.
Ia berkomunikasi dengan para reporter dan orang lain dengan telepon seluler tenaga surya. Julia juga tampil di sejumlah acara televisi, sebagai kontributor dari atas pohon.
Mengkhawatirkan publisitas negatif dari aksi Julia Hill, pada 1999 Pacific Lumber menyetujui sebuah resolusi, yang mempertahankan zona penyangga sepanjang 200 kaki di sekitar Luna dan pohon redwood tua lainnya.
Uang penyelesaian sebesar US$ 50 ribu diberikan kepada Pacific Lumber yang kemudian mendonasikannya ke Humboldt State University sebagai dana penelitian kehutanan berkelanjutan.
Dan, akhirnya, pada 18 Desember 1999, Julia Hill turun dari atas pohon.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Nasib Julia Hill Pasca-Luna
Meski aksi yang dilakukan Julia Hill berakhir dengan kemenangan, nasib Luna tak begitu beruntung,
Setelah Julia turun dari pohon itu, Luna jadi bulan-bulanan. Ia jadi korban vandalisme dengan gergaji. Ada luka sedalam 32 inci atau 81 sentimeter di batang pohon besar itu.
Para aktivis kemudian menyetabilkan pohon tersebut dengan kabel baja. Nasib Luna terselamatkan.
Tinggal di Luna hanyalah permulaan bagi Julia Hill. Selain menulis buku laris, The Legacy of Luna, Hill juga menulis buku pegangan lingkungan hidup, One Makes the Difference.
Julia juga mendirikan Circle of Life Foundation, yang telah berubah menjadi Engage Network, organisasi nirlaba.
Pada 2002, Julia ditahan di Ekuador saat memprotes pipa minyak yang mengancam hutan di Andes.
Kala itu target protesnya adalah Occidental Petroleum Corporation yang berencana memperpanjang pipa minyak hingga ke permukiman penduduk asli di Taman Nasional Mindo-Nambillo.
Pada 2003, ia juga memprotes penggunaan pajak federal untuk membiayai Perang Irak.
Dia dan demonstran lainnya akhirnya dideportasi. Hingga kini, ia menolak diam untuk menyuarakan aspirasi di bidang lingkungan dan sosial.
Selain berakhirnya aksi 738 hari tinggal di atas pohon yang dilakukan Julia Hill, sejumlah peristiwa bersejarah juga terjadi pada 18 Desember.
Pada 18 Desember 1912 ditemukan fosil Manusia Piltdown (Eoanthropus dawsoni) yang digali di sebuah dusun di Sussex, Inggris.
Awalnya, penemuan ini dianggap oleh para palentologis Inggris sebagai suatu kunci pembukti hubungan antara kera dengan manusia, karena adanya kranium (bagian tulang yang membungkus otak) yang mirip milik manusia dan rahang berbentuk seperti milik kera.
Hal itu sempat dianggap 'missing link' antara manusia dan kera.
Tetapi pada tahun 1953, terkuak bahwa Piltdown Man adalah kebohongan alias hoax. Tipuan yang terjadi selama lebih dari 40 tahun.
Sejarah lain mencatat pada 18 Desember 1771, terjadi Pertempuran Puputan Bayu meletus di Banyuwangi sebagai usaha terakhir Kerajaan Blambangan melawan invasi VOC. Peristiwa ini akhirnya diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Banyuwangi.
Advertisement