Liputan6.com, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, mengatakan di era yang serba teknologi, masyarakat tak perlu khawatir bila pekerjaannya digantikan oleh robot.
Justru, ujarnya, kita harus sigap menyiapkan diri untuk bisa menguasai teknologi.
"Kita perlu menyiapkan diri untuk menguasai teknologi terutama di erat saat ini yaitu era Revolusi Industri 4.0. Tidak perlu takut untuk digantikan oleh robot karena pekerjaan yang bersifat intelligence itu akan tetap dilakukan oleh manusia," ujarnya seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Senin (17/12/2018)
Baca Juga
Advertisement
Pria yang karib disapa Chief RA tersebut juga mengungkap fakta di mana Indonesia masih kurang memiliki SDM yang terampil di bidang digital. Karena itu, pihaknya menyiapkan program Digital Talent Scholarship.
"Ini untuk menghasilkan SDM yang sesuai standar internasional. Termasuk ke depannya teknologi robotik," katanya.
Dalam acara yang digelar Pusat Robot Indonesia untuk mengenalkan Robot Service Artificial Intelligence itu, Rudiantara membuka acara secara resmi dengan menekan tombol pada robot Alice yang mampu berkomunikasi.
Ada lima robot yang diluncurkan hari ini dengan fungsi yang berbeda-beda. Ada robot yang memiliki kemampuan mengantarkan makanan, pelayanan pelanggan (customer service), pemetaan lokasi, hingga pendamping belajar.
Robot Bakal Gantikan Separuh Pekerjaan Manusia pada 2025
Prediksi mengenai fungsi robot yang kian canggih di masa depan, memang sudah banyak dibahas.
Terbaru, ada laporan dari World Economic Forum (WEF) yang menyebut robot ternyata dapat menggantikan hampir separuh pekerjaan.
Dikutip dari The Guardian, Kamis (20/9/2018), menurut WEF, ada 133 juta pekerjaan yang tercipta karena perkembangkan teknologi. Namun, 75 juta pekerjaan tersebut tidak akan dilakukan oleh manusia.
Laporan WEF ini menunjukkan bahwa teknologi baru seperti robot, memiliki kemungkinan mengganggu dan menciptakan pekerjaan baru.
Fase ini sama seperti saat adanya industri revolusi yang dimulai dengan mesin uap dan listrik.
Adapun studi dilakukan dalam bentuk survei kepada sejumlah eksekutif perusahaan yang mewakili 15 juta pekerja dari 20 negara berbeda.
Kendati demikian, Ketua WEF Klaus Schwab menyebut laporan tersebut bukan merupakan kesimpulan terakhir.
Oleh sebab itu, laporan ini mengungkap ada tantangan mendesak bagi pekerja untuk melakukan pelatihan ulang, termasuk membuat perlindungan bagi pekerja yang kemungkinan terancam.
"Ini adalah seruan untuk pemerintah, pebisnis, pendidik, dan pribadi untuk sama-sama mengambil keuntungan dari kesempatan yang makin cepat tertutup untuk menciptakan masa depan pekerjaan yang lebih baik untuk semua," tulis Schawab dalam studi tersebut.
Laporan juga sejalan dengan sejumlah pernyataan petinggi perusahaan yang mengklaim lebih dari setengah pekerjaan di dalam perusahaannya dapat digantikan robot pada 2025.
Beberapa pekerjaan yang dimaksud adalah akuntan dan layanan data kepegawaian.
Sebelumnya, WEF juga sempat merilis laporan dengan hasil serupa pada tahun lalu. Saat itu, laporan menyorot otomatisasi yang terjadi di sejumlah industri akan mengancam pekerja di bidang pertambangan hingga perusahaan teknologi informasi.
Advertisement
Bukti Kalau Robot Tak Ancam Karyawan Jadi Pengangguran
Kendati demikian, tidak seluruh sepakat dengan pandangan bahwa robot akan menggantikan manusia. Firma konsultan PwC, baru saja merilis laporan teranyarnya yang menyatakan peluang kerja baru justru akan muncul dengan kemajuan perkembangan robot.
Mereka mencontohkan penerapan robot dan kecerdasan buatan di Inggris malah akan menggantikan beberapa pekerjaan, seperti transportasi atau manufaktur.
Di situ, kecerdasan buatan akan menciptakan setidaknya 38 persen pekerjaan transportasi dan 30 persen manufaktur.
Akan tetapi, di sektor lain, kecerdasan buatan justru menciptakan lapangan kerja. Contohnya di sektor kesehatan, kecerdasan buatan akan menciptakan 34 persen pekerjaan di sektor pekerjaan. Dia hanya mengambil alih 12 persen pekerjaan manusia di sektor ini.
“Secara absolut, sekitar tujuh juta pekerjaan akan diproyeksikan pindah ke kecerdasan buatan. Tapi, kecerdasan buatan akan membuat 7,2 juta pekerjaan baru. Jadi, ada 200 ribu pekerjaan baru yang akan dibuat oleh AI,” tulis laporan tersebut.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) mengatakan, ada 14 persen pekerjaan di negara anggota OECD yang terganti dengan robot tahun ini.
PwC dan OECD mengatakan sektor yang akan diuntungkan dari kecerdasan buatan adalah pendidikan, pekerjaan yang berkaitan dengan teknis dan sains, akomodasi dan jasa makanan, serta informasi dan komunikasi. Alasannya, pekerjaan ini lebih kompleks dan tugasnya lebih khusus.
Sementara, sektor yang mendapatkan pengaruh buruk dari kecerdasan buatan adalah keuangan dan asuransi, ritel, konstruksi, administrasi publik, transportasi, serta manufaktur.
Kecerdasan Buatan Bakal Kuasai Dunia pada 2045
Ray Kurzweil, Director of Engineering Google, dikenal sebagai sosok yang selalu akurat dengan berbagai prediksi teknologi.
Dari 147 prediksi yang ia lontarkan sejak 1990 silam, hampir semua terbukti benar. Prediksi terbaru Kurzweil ini berkutat pada isu kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence) yang bakal menguasai dunia dalam waktu 28 tahun lagi, lebih tepatnya pada 2045.
Kurzweil mengungkap, dalam kurun waktu 28 tahun ke depan, kecerdasan buatan akan berkembang dan hadir dalam beberapa 'wajah'.
Salah satu yang bakal kentara adalah robot berbasis kecerdasan buatan. Dengan demikian, ia menyebut singularitas antara kecerdasan buatan dan manusia akan semakin dekat seiring berkembangnya teknologi.
"Singularitas akan terjadi secara utuh pada 2045. Nanti, pada 2029 komputer juga akan memiliki tingkat kecerdasan setara dengan manusia," ujar Kurzweill dalam wawancaranya dengan SXSW seperti dilansir Futurism, Rabu (11/10/2017).
"Ini bukan skenario masa depan, tetapi kenyataan. Sekarang saja kecerdasan buatan sudah memimpin beberapa platform. Ia bekerja seperti otak, menghubungkan berbagai perangkat pintar dan disesuaikan dengan kebutuhan manusia," sambungnya.
Berbeda dengan beberapa petinggi perusahaan teknologi yang khawatir akan dominasi kecerdasan buatan di dunia, Kurzweil justru merasa tidak demikian. Malah, ia mengaku tak sabar menanti 'ledakan' singularitas di masa depan.
"Singularitas adalah kesempatan bagi umat manusia untuk bekerja lebih baik. Yang sebenarnya terjadi sekarang kan kecerdasan buatan memberikan tenaga kepada kita, membantu kita, memudahkan semua," papar Kurzweil.
"Mereka juga membuat kita lebih pintar. Kecerdasan buatan mungkin tak ada di dalam badan kita, tapi mulai 2030 saya yakin mereka bisa menghubungkan neocortex kita--bagian otak manusia yang bekerja untuk berpikir--ke cloud," ujarnya.
(Jek/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement