Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berjanji pada Senin 17 Desember, bahwa pemerintahannya akan mengusir milisi Kurdi --yang dipandang sebagai teroris oleh Ankara-- dari wilayah perbatasan dengan Suriah, jika AS gagal memastikan kelompok pemberontak itu meninggalkan sisi timur Sungai Eufrat.
Ancaman itu muncul setelah Erdogan berbicara di telepon dengan Presiden AS Donald Trump pada Jumat 14 Desember, yang menyatakan bahwa keduanya setuju untuk memastikan "koordinasi lebih efektif" antara operasi militer mereka di Suriah.
Dikutip dari The Straits Times pada Selasa (18/12/2018), pembicaraan di atas dilakukan menyusul ancaman oleh Erdogan pada pekan lalu, untuk melancarkan serangan terhadap milisi Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) yang didukung AS di sebelah timur Sungai Eufrat, dalam "beberapa hari ke depan".
Baca Juga
Advertisement
"Saya berbicara dengan Trump. Para teroris harus meninggalkan sebelah timur Eufrat. Jika mereka tidak pergi, kami akan mengusirnya," kata Erdogan saat berpidato di provinsi Konya di Turki tengah.
Turki memandang YPG sebagai "cabang teroris" dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang terlarang, di mana kerap melancarkan pemberontakan sejak 1984.
Meskipun Erdogan mengatakan bahwa Turki bisa memulai operasi militer "setiap saat", namun belakangan dia menunjukkan kesempatan untuk bernegosiasi dengan AS.
"Karena kami adalah mitra strategis dengan Amerika, maka kami harus melakukan apa yang diperlukan," kata Erdogan.
Namun dia menambahkan bahwa AS "harus memenuhi janji". Sayangnya, Erdogan tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang pernyataan terakhirnya tersebut.
Simak video pilihan berikut:
Kompleksitas Konflik di Perbatasan Turki-Suriah
Sementara itu, YPG diketahui telah mengawal AS dalam memerangi ISIS di Suriah, bersama dengan koalisi Pasukan Demokrat Suriah (SDF) yang dipimpin oleh Kurdi.
Tetapi dukungan AS terhadap YPG telah memperkeruh hubungan dengan para sekutunya di NATO, terutama sejak Washington mendirikan pos pengamatan di Suriah utara, untuk mencegah pertikaian antara pasukan Turki dan YPG.
Di lain pihak, Turki meluncurkan dua operasi militer untuk membantu pemberontak Suriah dalam merebut wilayah yang dikuasai ISIS pada Agustus 2016, dan mencaplok klaim kekuasaan YPG pada Januari 2018.
Serangan pertama di Suriah Utara berlangsung hingga Maret 2017 dengan menargetkan ISIS di perbatasan Turki-Suriah, sekaligus untuk menghentikan YPG mendapatkan lebih banyak wilayah.
Adapun serangan kedua berakhir pada Maret 2018, setelah pemberontak yang didukung Turki berhasil menguasai wilayah Afrin yang dikuasai YPG di Suriah barat laut.
Advertisement