Ini Penjelasan Dubes Rusia Terkait Situasi Panas di Semenanjung Krimea

Duta Besar Rusia untuk Indonesia menyebut jika pihaknya tak melakukan tindakan agresif di Laut Azov, seperti yang dituduhkan oleh Ukraina.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 18 Des 2018, 18:00 WIB
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva membantah soal adanya laporan yang menyebut bahwa militer Rusia melepaskan tembakan di Semenanjung Krimea.

"Tidak ada satupun tembakan yang kami lakukan di Semenanjung Krimea," ujar Lyudmila Vorobieva saat menyampaikan press breafing kepada media di Jakarta, Selasa (18/12/2018).

Dubes Lyudmila juga mengatakan, Rusia tidak merasa melakukan tindakan agresif di Laut Azov, seperti yang dituduhkan oleh Ukraina.

"Rusia menolak segala tuduhan tindakan agresif atau yang bersifat ilegal di Selat Kerch dan Laut Azov," jelas Lyudmila.

"Setelah reunifikasi Ukraina dengan Rusia, dua wilayah yaitu Krimea dan Kota Sevastopol sudah menjadi bagian integral dari Federasi Rusia," tambahnya.

Dubes Lyudmila Vorobieva juga mengatakan, sejak diberikannya Krimea Soviet kepada Ukraina tahun 1956, tidak ada satupun warganya yang ditanya apakah ingin tetap bergabung dengan Ukraina atau pindah.

"Setelah keruntuhan Soviet, populasi kejahatan meningkat dan keinginan warganya menjadi bagian dari Rusia mulai bermunculan," jelas Lyudmila.

"Pada tahun 2014, penduduk di wilayah tersebut mengadakan referendum dan 90 persen memilih untuk kembali ke Rusia. Ada sekitar dua juta populasi di kawasan tersebut," tambahnya.

Sebelumnya, tensi antara kedua negara yang bertetangga itu kembali tegang setelah insiden 25 November 2018 di mana penjaga pantai Rusia menembaki dan menyita tiga kapal angkatan laut Ukraina beserta 24 kru mereka, saat melintas di Laut Azov, Selat Kerch, Semenanjung Krimea.

Ukraina menyebut sikap Rusia sebagai 'agresi' karena menyerang tiga kapal yang berlayar di wilayah internasional dan mematuhi peraturan internasional.

Sedangkan Rusia menyebut kejadian itu sebagai insiden pelanggaran perbatasan yang dilakukan oleh kapal Ukraina.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko menanggapi dengan menerapkan undang-undang darurat militer selama 30 hari di daerah yang berbatasan dengan Rusia.

Poroshenko juga melarang semua pria Rusia berusia 16 hingga 60 tahun memasuki negara itu, sebuah langkah yang dia katakan diperlukan untuk mencegah orang-orang Rusia itu mendestabilisasi Ukraina.

Poroshenko mengatakan pada Senin 2 Desember bahwa beberapa pasukan cadangan akan dipanggil untuk pelatihan sebagai bagian dari darurat militer dan beberapa unit militer akan dikerahkan.

"Ukraina mengambil langkahnya sendiri sebagai tanggapan terhadap ancaman invasi Rusia berskala besar," kata Poroshenko.

Juru bicara untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov juga menolak klaim Kiev bahwa Rusia memblokir lalu lintas ke dan dari pelabuhan Ukraina di Laut Azov, mengatakan navigasi terus normal kecuali untuk sesekali penundaan karena cuaca buruk.

Konflik separatis di jantung industri timur Ukraina melawan pemberontak yang didukung Rusia telah berdampak pada ekonomi negara itu, mengurangi aliran kargo melalui pelabuhan Ukraina Mariupol dan Berdyansk di Laut Azov. Bentrokan laut itu semakin memicu ketegangan - dan 24 pelaut Ukraina masih berada di tahanan Rusia di Moskow.

Vitaliy Sinhur, pekerja dermaga di Berdyansk, mengatakan pergerakan kapal telah surut secara signifikan.

Di tengah ketegangan, militer Rusia mengatakan pasukannya di Krimea yang diduduki sedang melakukan latihan yang melibatkan sistem rudal anti-kapal Bal dan Bastion jarak jauh.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tolak Klaim Ukraina

Selat Kerch, Laut Azov, Semenanjung Krimea (AP PHOTO)

Sementara itu, juru bicara untuk Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov juga menolak klaim Kiev bahwa Rusia memblokir lalu lintas ke dan dari pelabuhan Ukraina di Laut Azov. Ia mengatakan navigasi terus normal kecuali untuk sesekali penundaan karena cuaca buruk.

Konflik separatis di jantung industri timur Ukraina melawan pemberontak yang didukung Rusia telah berdampak pada ekonomi negara itu, mengurangi aliran kargo melalui pelabuhan Ukraina Mariupol dan Berdyansk di Laut Azov. Bentrokan laut itu semakin memicu ketegangan - dan 24 pelaut Ukraina masih berada di tahanan Rusia di Moskow.

Vitaliy Sinhur, pekerja dermaga di Berdyansk, mengatakan pergerakan kapal telah surut secara signifikan.

Di tengah ketegangan, militer Rusia mengatakan pasukannya di Krimea yang diduduki sedang melakukan latihan yang melibatkan sistem rudal anti-kapal Bal dan Bastion jarak jauh.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya