Realisasi Penyaluran B20 Baru 85 Persen hingga Pertengahan Desember

Jika permasalahan di Balikpapan dan Tuban selesai, penyaluran B20 di seluruh Indonesia dipastikan mampu terserap 100 persen.

oleh Merdeka.com diperbarui 18 Des 2018, 16:57 WIB
Peluncuran perluasan penerapan Biodiesel 20 persen (Foto:Liputan6.com/Ilyas I)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, realisasi penyaluran Biodiesel 20 persen (B20) hingga pertengahan Desember baru mencapai 85 persen. Hal ini pun dinilai belum cukup efektif berdampak pada penekanan impor.

"Mungkin (realisasi) masih 80 sampai 85 persen. Kita harus selesai dulu floating storage itu baru dia bergerak ke 100 persen itupun kelihatannya yang sebelumnya ditarget 1 Januari sudah efektif betul," ujar dia di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (18/12/2018).

Saat ini, pemerintah masih mengkaji mengenai floating storage crude oil (penyimpanan minyak) di Balikpapan dan Tuban. Tujuannya, agar titik pencampuran solar dan minyak sawit tidak terlalu banyak.

"Perlu floating storage di Balikpapan dan Tuban per 1 Januari agar titik campuran tidak terlalu banyak. Kalau terlalu banyak, kapalnya perlu banyak. Kalau kapalnya banyak, sering tidak cukup. Karena kapal itu tidak semua kapal harus pakai sertifikat," ujar dia.

Meski demikian, Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan,  pemerintah akan menyewa kapal khusus untuk Balikpapan. Jika permasalahan di Balikpapan dan Tuban selesai, penyaluran B20 di seluruh Indonesia dipastikan mampu terserap 100 persen.

"Minggu ini selesai kelihatannya Tuban belum karena bukan tidak ada kapal, tempat masih harus di ini dulu oleh lembaga yang mengurusi. Pokoknya masih banyak yang harus dipelajari tentang macam-macam harus dipelajari perlu waktu dikit. Sehingga kalau itu sudah selesai maka, kalau dua-duanya selesai kita akan mendekati realisasi B20, 100 persen," tutur dia.

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 


Alokasi B20 Pada 2019 Ditetapkan 6,2 Juta KL

Kementerian ESDM telah resmi memperluas penerapan kewajiban pencampuran Biodiesel 20 persen (B20) untuk Public Service Obligation (PSO) ataupun non-PSO, sejak 1 September 2018. (Maul/Liputan6.com)

Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana, mengatakan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM terkait target dan alokasi penyaluran FAME (Fatty Acid Methyl Esters) untuk program B20 di tahun 2019 telah diselesaikan.

"Kepmen-nya sore ini ditandatangani Pak Menteri. Besok, lusa bisa disebar. Tinggal nanti tentukan TBBM mana, itu lagi disusun Dirjen Migas," kata dia, saat ditemui, di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis 29 November 2018.

Target FAME untuk tahun depan pun telah ditetapkan sebesar 6,2 juta kiloliter (KL). Jumlah tersebut akan dibagi ke 19 perusahaan Bahan Bakar Nabati (BU BBN) dan 18 perusahaan Bahan Bakar Minyak (BU BBM).

Dia mengatakan, alokasi FAME sebesar 6,2 juta KL masih bisa bertambah dalam pelaksanaannya apabila potensi perluasan penggunaan di pembangkit listrik PLN selesai dikaji.

"Kita potensinya masih di PLN. Itu yang masih dikaji. Yang pasti 6,2 juta itu," jelas dia.

Rida mengaku optimis bahwa alokasi FAME untuk program B20 di tahun 2019 akan lebih mudah, sederhana, dan efisien. Sebab tidak lagi dibedakan antara public service obligation (PSO) dan non-PSO.

"Sekarang tidak ada lagi PSO dan non-PSO. Digabung jadi gampang. Satu saja, lebih simpel, sederhana, lebih efisien," tutur dia.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya