Liputan6.com, Jakarta Tim pengacara para korban kecelakaan Pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta – Pangkalpinang yang dipimpin Kabateck LLP mengumumkan telah meminta The Boeing Company, produsen pesawat Boeing 737 MAX 8, membantu Indonesia menemukan sisa jasad korban yang hingga saat ini belum ditemukan.
Sampai proses pencarian dihentikan, sebanyak 64 jasad korban tragedi Lion Air JT 610 belum ditemukan. Keluarga para korban juga telah meminta pemerintah melakukan pencarian lanjutan.
Selain itu, Kabateck juga telah mengirimkan permintaan kepada Boeing untuk menjaga seluruh bukti-bukti penting terkait pesawat dan kecelakaan (preservation notice). Para pengacara yang mewakili para keluarga korban tragedi Lion Air menggugat Boeing atas kelalaian yang mengakibatkan kematian (wrongful death). Gugatan ini diajukan di Cook County IL, lokasi kantor pusat produsen pesawat terbang tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Gugatan diajukan setelah 189 orang kehilangan nyawanya dalam kecelakaan yang membuat pesawat terjun bebas diduga akibat kesalahan sistem anti-stall dan maneuvering characteristics augmentation system (MCAS) serta kelemahan petunjuk penerbangan dan prosedur operasional Boeing. Atas dugaan tersebut, pesawat 737 MAX 8, generasi terbaru dari jajaran pesawat seri 737 buatan Boeing tengah diperiksa.
“Boeing memiliki kewajiban hukum untuk mengumpulkan seluruh bukti yang memungkinkan di tempat kejadian kecelakaan, namun kami percaya mereka juga punya kewajiban moral yang lebih besar untuk menemukan jasad korban yang kehilangan jiwa akibat kecelakaan tragis tersebut,” ungkap pendiri Kabateck LLP, Brian S. Kabateck dalam pernyataannya seperti mengutip Antara, Selasa (18/12/2018).
Dia menuturkan jika Boeing telah bersedia mengeluarkan sejumlah dana untuk menemukan pesawat yang jatuh, sebab itu perusahaan dinilai seharusnya juga bersedia mengeluarkan sedikit uang untuk membantu menemukan para korban.
Di Amerika Serikat, tim legal para penggugat terdiri dari Brian S. Kabateck, Christopher Noyes, Shant Karnikian dan Brian Hong dari Kabateck LLP. Semuanya berkolaborasi dengan Steven Hart dan John Marrese dari firma asal Chicago, Hart, McLaughlin & Eldridge serta Sanjiv Singh dari firma hukum asal San Mateo, CA, SNS PLC.
Tim Kabateck juga menggandeng Kantor Advokat Kailimang & Ponto di Indonesia untuk memastikan seluruh keluarga korban mendapatkan perlindungan hukum dan menerima pembayaran asuransi sesuai aturan hukum di Tanah Air, meskipun proses gugatan di Amerika Serikat sedang berjalan.
Co-Counsel, Steven Hart yang bekerja di Hart, McLaughlin & Eldridge menegaskan akan terus berjuang bersama para korban yang memberikan kuasa untuk mendapatkan haknya. Penegasan serupa juga disampaikan Sanjiv Singh dari firma hukum asal San Mateo, CA, SNS PLC.
“Boeing sebenarnya dapat dengan mudah memberikan bantuan sumber daya untuk menemukan jasad para korban kecelakaan Lion Air JT 610. Meski sekarang belum terlihat akan dilakukan, kami akan tetap meminta mereka bertanggungjawab,” pungkas Sanjiv.
Didesak Sediakan Banyak Simulator, Boeing Klaim Seluruh Pesawat Buatannya Aman
Otoritas penerbangan di Indonesia dan India pada Kamis 6 Desember, mendesak Boeing memperbanyak agenda simulator untuk pilot Boeing 737 MAX, menyusul kecelakaan pesawat Lion Air yang mematikan.
Di lain pihak, produsen pesawat yang berbasis di Seattle, Amerika Serikat (AS) itu kembali menegaskan bahwa pesawat jet terlarisnya aman.
CEO Boeing Dennis Muilenburg mengatakan kepada stasiun televisi CNBC pada hari Kamis bahwa dia "sangat yakin" tentang keselamatan seri 737 MAX, versi terbaru dari jet penumpang yang telah terbang selama beberapa dekade.
"Kami tahu pesawat kami aman. Kami belum mengubah filosofi desain kami," kata Muilenburg, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Jumat (7/12/2018).
Baca Juga
Komentar Muilenburg datang pada hari yang sama ketika regulator penerbangan India mengatakan pilot 737 MAX harus dilatih pada simulator yang mereplikasi dugaan skenario penyebab kecelakaan, sementara Kementerian Perhubungan Indonesia mengatakan akan segera memberlakukan persyaratan baru untuk pelatihan terkait.
Juga pada hari Kamis, Lion Air mengkonfirmasi laporan kantor Reuters, bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan pembatasan pesanan 737 MAX setelah pesawat itu jatuh ke Laut Jawa pada 29 Oktober, menewaskan semua 189 orang di dalamnya.
Saat ini, Lion Air membeli 190 jet Boeing senilai US$ 22 miliar (setara Rp 318 triliun) yang sedang dalam daftar tunggu untuk dikirim.
Pelanggan MAX lainnya, termasuk operator penerbangan besar AS, telah menegaskan kembali bahwa mereka tetap berada dalam kesepakatan pembelian pesawat.
Sementara itu, tim penyidik memusatkan perhatian pada kemungkinan bahwa sistem untuk mencegah pesawat tidak kehilangan kecepatan (anti-stall), menerima keselahan umpan data dari sensor rusak, yang tersisa pada penerbangan berbahaya sebelumnya.
Boeing telah mengatakan prosedur kokpit yang diterapkan pada penerbangan sebelumnya sudah siap untuk mengatasi masalah seperti itu.
Tetapi, regulator AS mengatakan Boeing juga memeriksa kemungkinan perbaikan perangkat lunak, setelah mendapat kecaman karena tidak menguraikan perubahan terbaru pada sistem otomatis dalam manual untuk 737 MAX.
Advertisement