Liputan6.com, Jakarta Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) bersama Founder Markplus Hermawan Kartajaya, Senin (17/12) menemui Menteri Pariwisata Arief Yahya di Gedung Sapta Pesona, Jakarta. Intinya menyamakan persepsi dan menyelaraskan pemaham soal polemic “zero dollar tour” itu.
“Kami sudah bertemu Pak Menteri Arief Yahya. Kami sudah jelaskan kondisi yang terjadi di Bali. Beliau sangat memahami dan semua sejalan. Tidak ada yang perlu diperdebatkan,” jelas Cok Ace yang juga Ketua PHRI - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Bali, ini.
Advertisement
Pertama, terhadap toko souvenir yang menjadi langganan wisman Tiongkok, yang melanggar peraturan, ditindak. Sebaliknya, yang tidak menabrak aturan silakan beroperasi. Ini sama persis yang yang dilakukan Pemprov Bali, hanya yang terbukti melanggar aturan, yang ditutup. “Kami bersama Pak Menpar sama-sama setuju,” jelas Cok Ace.
Menpar Arief Yahya di Beijing pekan lalu menyampaikan, bahwa jika izin sudah lengkap, tidak melanggar aturan, maka mereka juga boleh membuka usahanya kembali di Bali. Perlakuan yang sama dilakukan pada pelaku usaha Pariwisata dari semua negara yang memiliki hubungan perdagangan dan diplomasi. Karena itu, tidak relevan mempertentangkan soal buka-tutup took souvenir untuk melayani market China ini.
Kedua, Cok Ace dan Menpar Arief Yahya, sama-sama tidak ingin suasana bisnis Pariwisata di Bali terganggu karena gaduh. Seolah-olah terjadi pertentangan dahsyat antara Pemerintah Pusat dan Provinsi Bali. Seakan tidak kompak, tidak sejalan, dan bahkan saling melempar kesalahan, “Kami juga sepakat untuk menjaga iklim usaha Pariwisata di Bali tetap terjaga kondusif,” papar pemilik resort di Ubud ini.
Cok Ace juga setuju bahwa pariwisata adalah industri yang sangat akrab dengan suasana keramah tamahan atau hospitality. Pariwisata adalah pelayanan atau services kepada manusia. Karena itu, cara menangani customers-nya pun harus menggunakan cara yang baik, santun, dan menjaga adat istiadat ketimuran.
“Saya bertemu Pak Menpar Arief Yahya atas tugas dari Pak Gubernur Wayan Koster. Jadi, saya sudah sampaikan semuanya terkait kondisi di Bali kepada Menpar Arief Yahya. Beliau juga paham dan sangat mengerti,” ujar Cok Ace yang di damping Hermawan Kartajaya di lantai 16 Gedung Kemenpar, Medan Merdeka Barat, Jakarta itu.
Ketiga, lanjut Cok Ace, pihaknya akan berhati-hati dan menjaga kondusivitas industri pariwisata Bali sebagai destiasi terbaik dunia. Menurut Cok Ace, Menpar Arief Yahya meminta agar Pemprov Bali lebih teduh ketika memberikan keterangan di media agar tidak menciptakan kesan gaduh dan polemik berkepanjangan. Karena itu juga akan merugikan image pariwisata Bali sendiri. “Kami sepakat,” kata Cok Ace.
“Pak Menteri pada intinya sepakat. Namun hanya mengingatkan tidak perlu membangun polemik yang terlalu keras, apalagi di era digital yang bisa berpotensi viral termasuk di Tiongkok. Kondisi Bali harus dijaga agar tetap adem demi pariwisata," sebut Cok Ace.
Wagub juga menjelaskan bahwa Menpar Arief Yahya sangat khawatir, dengan situasi Bali belakangan ini. Kalau soal legalitas, sudah sama persepsinya. “Tapi kalau polemik itu dipicu oleh persaingan usaha, persaingan bisnis, maka sebaiknya kita harus bersatu. Karena pasti ada yang tidak happy jika pariwisata Indonesia maju. Suasana polemik itu bisa dimanfaatkan oleh pihak lain, destinasi negara lain, yang berusaha mengambil keuntungan,” kata Cok Ace menirukan Menpar Arief Yahya.
Mengapa begitu? Rupanya Menpar Arief Yahya terus memantau angka kunjungan wisman Tiongkok ke Bali. Bulan Oktober 2018, masih di kisaran 200 ribu sebulan, memasuki November 2018, jatuh 50%-nya, tinggal 100 ribu. Sementara, bencana gempa sudah lewat, dan saat bertemu para pelaku bisnis pariwisata di Beijing Minggu lalu, polemik itulah yang selalu ditanyakan media di Tiongkok.
(*)