Defisit Transaksi Berjalan Bakal Menyempit Tahun Depan

Penghematan yang terjadi di berbagai sektor akibat rangkaian kebijakan menjadi penyebab penyempitan Defisit transaksi berjalan.

oleh Merdeka.com diperbarui 19 Des 2018, 13:04 WIB
Sebuah Perahu nelayan melintas di dekat kapal yang mengangkut peti kemas di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/11). (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan yakin pada 2019 defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) akan lebih kecil dibandingkan tahun ini.

"Jadi kalau tahun ini kami defisit transaksi berjalan less than 3 persen dari PDB, saya kira akan lebih bagus (pada 2019)," kata dia, saat ditemui, di Kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (18/12/2018).

Meskipun demikian, Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini tidak membeberkan secara rinci target besaran CAD yang bakal dicapai tahun depan.

"Saya sih angka mungkin pak Bambang (Menteri PPN, Bambang Brodjonegoro) lebih cermat. Angka pasti akan berkurang. Menurut saya pasti akan kurang," lanjut Luhut.

Hal tersebut, kata Luhut disebabkan penghematan yang terjadi di berbagai sektor akibat rangkaian kebijakan, seperti implementasi penggunaan B20, TKDN, juga upaya pemerintah dalam menggenjot sektor pariwisata.

"Saya yakin dengan pariwisata kita tahun depan kira USD 7 miliar. Kemudian dari B20 mungkin kira-kira USD 6 sampai USD 7 miliar, TKDN kemungkinan kita bisa hemat USD 2 miliar, dan penghematan lain-lain saya kira bisa dekat USD 18 miliar," tandas Luhut.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Defisit Neraca Transaksi Berjalan 2018 Masih Aman

Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Neraca perdagangan Indonesia pada November 2018 mengalami defisit USD 2,05 miliar. Defisit tersebut bersumber dari defisit pada neraca perdagangan nonmigas dan neraca perdagangan migas. Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif Januari-November 2018 mengalami defisit sebesar USD 7,52 miliar.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman menjelaskan, menjelaskan, defisit neraca perdagangan nonmigas pada November 2018 sebesar USD 0,58 miliar, meningkat dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya yang sebesar USD 0,39 miliar.

"Defisit ini dipengaruhi penurunan ekspor nonmigas yang lebih besar dari penurunan impor nonmigas," jelas dia dikutip dari keterangan tertulis, Senin (17/12/2018). 

Penurunan ekspor nonmigas sebesar USD 0,90 miliar (mtm) bersumber dari penurunan ekspor beberapa komoditas antara lain perhiasan, minyak kelapa sawit, batu bara, bubur kayu, dan peralatan listrik.

Sementara itu, penurunan impor nonmigas sebesar USD 0,71 miliar (mtm) terutama berupa barang modal dan bahan baku, antara lain mesin, bahan bakar mineral, sisa industri makanan, serealia, serta mesin dan pesawat mekanik.

Bank Indonesia memandang defisit neraca perdagangan November 2018 tidak terlepas dari pengaruh dinamika permintaan global yang melandai dan harga komoditas yang menurun sehingga memengaruhi kinerja ekspor. Sementara itu, permintaan domestik yang masih kuat memengaruhi kinerja impor.

Ke depan, BI terus mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik, serta pengaruhnya terhadap neraca perdagangan.

"Dengan perkembangan neraca perdagangan hingga November 2018 tersebut, Bank Indonesia memprakirakan defisit neraca transaksi berjalan pada 2018 tetap berada dalam level yang aman, yakni di bawah 3 persen dari  PDB," tutup dia. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya