Liputan6.com, Manchester: Masih ingatkah Anda dengan partai derby Manchester pertama di musim ini antara Manchester United dan Manchester City di Old Trafford, 23 Oktober 2011? Unggul jumlah pemain sejak awal babak kedua, dengan mudah The Citizens menghancurkan Setan Merah dengan skor sangat mencolok 6-1! Meski hanya menyumbang satu gol, kontribusi David Silva di laga tersebut luar biasa. Umpannya kepada Edin Dzeko yang mencetak gol penutup di injury time disebut-sebut sebagai assists terbaik di premiership musim ini.
Sejak saat itu publik menjagokan City sebagai juara Liga Premier Inggris yang baru di akhir musim. Silva pun digadang-gadang bakal menjadi Pemain Terbaik musim 2011-2012. Hal mana kian mendekati kenyataan seiring dengan unggulnya The Citizens di puncak klasemen selama beberapa bulan. Sampai akhirnya pasukan Roberto Mancini mulai tergelincir dan menyerahkan tampuk singgasana kepada The Red Devils menyusul kekalahan di kandang Swansea City, 11 Maret lalu.
Ternyata, terdapat korelasi positif antara tergelincirnya City dan rapor penampilan Silva di lapangan. Rupanya, Mancini terlalu berani menggenjot Silva yang sampai tulisan ini diturunkan telah bermain di 46 pertandingan di semua ajang kompetisi, 30 di antaranya di laga premiership—sebagai catatan, Liga Premier sampai akhir pekan lalu telah menyelesaikan 31 partai.
Walhasil, Silva pun kehabisan stamina. Hal itu tampak ketika Mancini menarik keluar Silva di awal babak kedua saat City ditahan imbang Sunderland 3-3 di Etihad Stadium, Sabtu (31/3) lalu. Hasil yang membuat City tertinggal dua poin dari MU yang unggul satu partai sisa.
“Saya tidak tahu berapa banyak partai yang dijalani Silva di musim ini bersama kami di ajang Liga Premier, Liga Champions, Europa League, Carling Cup, FA Cup, dan partai internasional. Namun, normal jika seorang pemain berada di saat dirinya tidak dapat tampil 100 persen. David (Silva) selalu bermain dalam level seperti ini (Mancini memberikan indikasinya dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi) dan mungkin sekarang berada di level ini (Mancini menurunkan tangan ke dadanya). Tapi, itu normal. Saya berharap ia akan kembali pulih,” aku Mancini.
Menengok ke belakang, memburuknya rapor Silva tampak dari kegagalannya mencetak gol sejak 18 Desember lalu saat City unggul 1-0 dari Arsenal. Partai menjamu Tottenham Hotspur, 22 Januari lalu, menjadi laga terakhir Silva dalam menciptakan assist. Pendek kata, dari catatan statistik Opta dapat diketahui seiring dengan turunnya rapor Silva, baik diukur dari jumlah gol, assist, passing, dan shooting, maka performa City pun mulai menurun.
Catatan tersebut menunjukkan dari 17 laga sebelum Natal lalu, Silva mampu mencetak lima (5) gol, 17 kali tembakan ke gawang, membuat delapan (8) assist, 40 dribble, dan City pun menang 14 kali, dua kali imbang, dan sekali kalah. Setelah Natal berlalu, Silva tampil di 13 partai dengan perolehan nihil (0) gol, 8 kali tembakan ke gawang, membuat empat (4) assist, 23 dribble, dan City pun hanya menang tujuh (7) kali, tiga kali bermain draw dan tiga kali menuai kekalahan.(MEG/Mirror)
Sejak saat itu publik menjagokan City sebagai juara Liga Premier Inggris yang baru di akhir musim. Silva pun digadang-gadang bakal menjadi Pemain Terbaik musim 2011-2012. Hal mana kian mendekati kenyataan seiring dengan unggulnya The Citizens di puncak klasemen selama beberapa bulan. Sampai akhirnya pasukan Roberto Mancini mulai tergelincir dan menyerahkan tampuk singgasana kepada The Red Devils menyusul kekalahan di kandang Swansea City, 11 Maret lalu.
Ternyata, terdapat korelasi positif antara tergelincirnya City dan rapor penampilan Silva di lapangan. Rupanya, Mancini terlalu berani menggenjot Silva yang sampai tulisan ini diturunkan telah bermain di 46 pertandingan di semua ajang kompetisi, 30 di antaranya di laga premiership—sebagai catatan, Liga Premier sampai akhir pekan lalu telah menyelesaikan 31 partai.
Walhasil, Silva pun kehabisan stamina. Hal itu tampak ketika Mancini menarik keluar Silva di awal babak kedua saat City ditahan imbang Sunderland 3-3 di Etihad Stadium, Sabtu (31/3) lalu. Hasil yang membuat City tertinggal dua poin dari MU yang unggul satu partai sisa.
“Saya tidak tahu berapa banyak partai yang dijalani Silva di musim ini bersama kami di ajang Liga Premier, Liga Champions, Europa League, Carling Cup, FA Cup, dan partai internasional. Namun, normal jika seorang pemain berada di saat dirinya tidak dapat tampil 100 persen. David (Silva) selalu bermain dalam level seperti ini (Mancini memberikan indikasinya dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi) dan mungkin sekarang berada di level ini (Mancini menurunkan tangan ke dadanya). Tapi, itu normal. Saya berharap ia akan kembali pulih,” aku Mancini.
Menengok ke belakang, memburuknya rapor Silva tampak dari kegagalannya mencetak gol sejak 18 Desember lalu saat City unggul 1-0 dari Arsenal. Partai menjamu Tottenham Hotspur, 22 Januari lalu, menjadi laga terakhir Silva dalam menciptakan assist. Pendek kata, dari catatan statistik Opta dapat diketahui seiring dengan turunnya rapor Silva, baik diukur dari jumlah gol, assist, passing, dan shooting, maka performa City pun mulai menurun.
Catatan tersebut menunjukkan dari 17 laga sebelum Natal lalu, Silva mampu mencetak lima (5) gol, 17 kali tembakan ke gawang, membuat delapan (8) assist, 40 dribble, dan City pun menang 14 kali, dua kali imbang, dan sekali kalah. Setelah Natal berlalu, Silva tampil di 13 partai dengan perolehan nihil (0) gol, 8 kali tembakan ke gawang, membuat empat (4) assist, 23 dribble, dan City pun hanya menang tujuh (7) kali, tiga kali bermain draw dan tiga kali menuai kekalahan.(MEG/Mirror)