Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melaju naik pada perdagangan saham Kamis (20/12/2018).
Sentimen internal hingga eksternal diprediksi mewarnai perdagangan saham hari ini. Dari luar negeri, hasil putusan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung 19 Desember 2018 waktu setempat membayangi pasar modal termasuk IHSG.
The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) bakal menahan kenaikan suku bunga acuannya kali ini.
"Investor berspekulasi jika The Fed menahan suku bunganya. Jadi fokus selanjutnya ialah penekanan harga minyak mentah dengan melepas produksi Amerika Serikat (AS) guna menstabilkan inflasi," ucap Head of Research Reliance Sekuritas Lanjar Nafi Taulat di Jakarta.
Baca Juga
Advertisement
Menurut dia, pertemuan FOMC ini bakal menjadi motor penggerak yang akan diikuti dengan pertemuan bank sentral lain setelahnya. Itu salah satunya dengan Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan kebijakan moneternya melalui suku bunga acuannya pada hari ini.
Tak hanya itu, rencana AS-China menahan pertemuan pada Januari untuk menegosiasikan gencatan senjata yang lebih luas menjadi angin positif bagi IHSG. Ia menuturkan, IHSG berpeluang melaju positif di kisaran level 6.138-6.210
Sementara itu, Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin J. Sebayang mengungkapkan, hasil putusan pertemuan FOMC memang meresahkan investor. Meski demikian, ia masih menyambut positif terkait pergerakan IHSG untuk hari ini.
Adapun menurut dia, IHSG berpotensi menutup perdagangan Kamis di zona hijau. IHSG bakal berlabuh di kisaran 6.002-6.335.
Untuk saham rekomendasi pada hari ini, Lanjar Nafi menyarankan saham PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Sedangkan Edwin menganjurkan saham PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), PT Mahkota Group Tbk (MGRO), serta PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ).
IHSG Meroket pada Perdagangan Saham Kemarin
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Hal itu terjadi di tengah aksi jual investor asing dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali ke posisi 14.400.
Pada penutupan perdagangan saham, Rabu 19 Desember 2018, IHSG melonjak 94,22 poin atau 1,55 persen ke posisi 6.,176,09. Indeks saham LQ45 mendaki 2,05 persen ke posisi 990,63. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.
Sebanyak 231 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. 166 saham melemah dan 125 saham diam di tempat.
Pada Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.176,09 dan terendah 6.076,22. Ttransaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 419.496 kali dengan volume perdagangan 17,8 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,3 triliun.
Investor asing jual saham Rp 175,11 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.442.
Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham perdagangan turun 0,10 persen. Sektor saham barang konsumsi menguat 2,82 persen, dan bukukan penguatan terbesar. Disusul sektor saham industri dasar naik 2,69 persen dan sektor saham manufaktur menanjak 2,43 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham TIRA naik 34,59 persen ke posisi Rp 179 per saham, saham SAFE melonjak 30,21 persen ke posisi Rp 250 per saham, dan saham GLOB menanjak 25 persen ke posisi Rp 440 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham TRUS susut 14,29 persen ke posisi Rp 276 per saham, saham INRU merosot 12,50 persen ke posisi Rp 525 per saham, dan saham FILM tergelincir 9,62 persen ke posisi Rp 705 per saham.
Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,20 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 0,81 persen, indeks saham Thailand menanjak 0,66 persen.
Selain itu, indeks saham Singapura menguat 0,37 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,66 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,60 persen dan indeks saham Shanghai turun 1,05 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG menguat secara teknikal. Hal itu didorong dari prediksi Bank Indonesia (BI) yang diprediksi mempertahankan suku bunga acuan usai kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
"Hal ini bertujuan dalam rangka menjaga stabilitas rupiah dan tingkat stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional. Sejauh ini posisi pergerakan rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, meredanya sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok juga pengaruhi IHSG. Ditambah kenaikan harga minyak dunia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement