Liputan6.com, Cali - Mauricio Reyes masih ingat apa yang terjadi pada detik-detik terakhir sebelum pesawat Boeing 757 yang digunakan American Airlines Penerbangan 965 menabrak sebuah gunung di Buga, Kolombia, Rabu malam 20 Desember 1995.
Kapal terbang nahas itu celaka dalam penerbangan dari Bandara Internasional Miami di Florida, Amerika Serikat menuju Alfonso Bonilla Aragon International Airport di Cali, Kolombia.
Baca Juga
Advertisement
Pesawat Boeing 757 itu hilang kontak sekitar pukul 21.40 waktu setempat. Hanya lima menit sebelum tiba di tujuan.
"Tiba-tiba, tanpa peringatan, pesawat bergetar hebat," kata dia seperti dikutip dari situs People, Rabu (19/12/2018).
Mauricio, yang kala itu masih berusia 19 tahun dan kuliah di University of Michigan kala itu sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya di Cali. Untuk merayakan Natal.
Yakin benar bahwa ia bakal tewas di dalam pesawat, Mauricio menggenggam tangan Mercedes Ramirez (21), mahasiswi Northwest Missouri State University yang duduk di sebelahnya. Padahal baru beberapa jam sebelumnya keduanya saling berkenalan.
Lalu, semuanya gelap. Mauricio tersadar dalam kondisi terkapar di tanah. Mercedes ada di sebelahnya. Tubuh mereka berlumuran darah, kesakitan bukan kepalang, di sisi dingin dan gelap sebuah pegunungan Andean.
Tapi, keduanya sangat beruntung. Bahwa mereka bisa selamat adalah sebuah keajaiban.
Mauricio dan Mercedes adalah dua dari empat penumpang yang selamat dalam kecelakaan American Airlines 965. Dua lainnya adalah Gonzalo Dussan Sr, seorang teknisi dan putrinya yang berusia 6 tahun, Michelle.
Awalnya ada tujuh orang yang masih bernyawa pasca-kecelakaan. Namun tiga di antaranya dinyatakan meninggal dunia karena luka parah.
Seekor anjing, yang kemudian dinamakan Milagro juga ditemukan selamat, nyaris tak terluka di kandangnya yang berada di bagian kargo.
Sementara, 160 penumpang dan awak lainnya menjadi korban tewas dalam insiden kecelakaan terburuk dan paling membingungkan dalam beberapa tahun kala itu.
Di lokasi kejadian, jasad-jasad manusia dan puing-puing pesawat berserakan di area seluas satu mil persegi.
Para petugas penyelamat harus menembus gelap, medan yang tidak rata, dan ancaman gerilyawan kiri, demi melakukan evakuasi. Keberadaan para penyintas menjadi penggelora semangat. Meski ketika matahari terbenam keesokan harinya, harapan kian meredup.
Sebuah sekolah di Buga kemudian disulap jadi kamar jenazah darurat untuk para korban tewas dalam kecelakaan pesawat itu.
Dugaan Sabotase hingga Ulah Pemberontak
Berdasarkan penyelidikan dan eksaminasi data dari instrumen perekam penerbangan atau kotak hitam pesawat, penyelidik AS dan Kolombia cenderung mengenyampingkan kegagalan peralatan dan sabotase sebagai penyebab kecelakaan. Cuaca kala itu juga tak bermasalah.
Mereka lalu fokus pada kesalahan manusia atau human error, baik di pihak awak pesawat maupun pengendali lalu lintas udara. Meski, yang mengemudikan pesawat adalah pilot veteran yang paham benar dengan medan di sepanjang rute.
Boeing 757 itu dijadwalkan tiba di Cali pada pukul 21.45 dan hilang kontak lima menit sebelum jadwal kedatangannya. Jaraknya kala itu hanya 37 mil dari kota tujuan. Diduga, kapal terbang tersebut menyimpang dari jalur penerbangan.
"Yang kami tahu sangat sedikit," kata pimpinan American Airlines saat itu, Robert Crandall seperti dikutip dari CNN.
Ia menambahkan, lokasi kecelakaan telah ditetapkan sebagai 'zona merah' karena aktivitas gerilyawan di sana. Namun, pihak maskapai tak mendapatkan peringatan apapun soal potensi bagi penerbangan sipil terkait itu.
Pihak maskapai mengatakan, kapal terbang, yang ditenagai mesin Rolls-Royce dikirim pada Agustus 1991.
Pesawat tersebut pernah menjalani pemeriksaan pemeliharaan yang ekstensif pada bulan Januari.
Sementara itu, di Miami, Florida, pihak FBI mengungkapkan sebuah surat kaleng dikirim lewat fax ke kantor The Miami Herald dan The New York Times. Isinya adalah peringatan soal serangan bom terhadap penerbangan dari Venezuela dan Kolombia.
Juru bicara FBI Paul Miller mengatakan, tak ada alasan mengaitkan surat tersebut dengan kecelakaan American Airlines Penerbangan 965.
Namun, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional mengirim tim investigasi, termasuk seorang ahli ledakan dan kebakaran, ke lokasi kejadian.
Sementara itu, markas Boeing di Seattle mengatakan, pihaknya telah mengirim tim teknisi untuk membantu menyelidiki kecelakaan itu.
Juru bicara Boeing, Liz Verdier mengatakan, itu adalah kecelakaan pertama yang melibatkan mesin kembar 757, yang baru digunakan dalam layanan maskapai komersial sejak tahun 1983.
Tak hanya kecelakaan American Airlines Penerbangan 965 yang terjadi pada 20 Desember, sejumlah peristiwa juga terjadi pada hari itu.
Pada 1917, Felix Edmundovich Dzerzhinsky mendirikan Cheka, kelompok kepolisian rahasia Soviet yang pertama.
Sementara, pada 1949, Kabinet dan Perdana Menteri Republik Indonesia Serikat dilantik. Dan, pada 20 Desember 1999, Makau resmi dikembalikan oleh Portugal kepada Tiongkok.
Saksikan juga video menarik di bawah ini:
Advertisement