Liputan6.com, Jakarta - Gula jadi pemanis yang dapat disertakan dalam beragam camilan, makanan, dan minuman. Gula juga merupakan salah satu bahan pengawet alami karena sifatnya baik dalam mengikat air dan mencegah pembusukan pada makanan. Lalu, bagaimana sejarah adanya gula?
Seperti dikutip dari sucrose.com, Rabu, 19 Desember 2018, walau belum diketahui secara pasti ditemukan, para ahli menyampaikan gula telah dikenal sejak 8.000 tahun sebelum masehi (SM).
Baca Juga
Advertisement
Gula juga dikenal oleh orang-orang di Polinesia sejak ribuan tahun lalu dari tebu. Pada 510 SM, tebu tersebar ke pesisir India yang dibawa Raja Darius dari Persia. Saat masa Dinasti Gupta, tebu diolah jadi kristal yang kini disebut gula.
Seperti bahan makanan lainnya di awal penemuan, tebu dan gula sangat dilindungi. Tebu menjadi tanaman dengan nilai jual tinggi sehingga dijaga ketat dan tidak semua orang dapat merasakan kelezatannya.
Hingga abab ke-7 masehi, para pedagang Arab dan Asia mulai membawa gula sebagai barang dagangan mereka dari Persia. Gula juga dibawa ke kawasan Tiongkok, Yunani, dan Romawi hingga daerah lain. Oleh masyarakat Yunani Kuno, gula digunakan sebagai obat-obatan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penyebaran Gula
Para ahli sejarah menyampaikan penyebaran gula dan tebu kian luas seiring dengan berkembangnya kerajaan Romawi di Eropa hingga Asia. Gula pertama kali diketahui tercatat di Inggris pada 1099. Kala itu, gula menjadi barang mewah yang sering disebut emas putih.
Pada 1319 di London, harga gula setiap kilogramnya sama dengan upah berbulan-bulan yang diterima pekerja di sana. Pada 1500, pedagang dari Portugis membawa tebu ke Brasil dan membangun perkebunan tebu di sana.
Perkembunan tersebut menyebar hingga Jamaika, Kuba, dan sekitarnya. Bangsa Belanda tak mau ketinggalan juga membawa tebu ke berbagai wilayah jajahannya dan membangun perkebunan tebu.
Bangsa Belanda bahkan membangun pabrik-pabrik tebu di berbagai daerah termasuk Indonesia. Hingga akhir 1900, gula masih jadi barang mewah dan dibeli kalangan menengah atas. Seiring berjalan waktu, gula bisa diproduksi dengan jumlah melimpah. (Mimi Rohmitriasih/Fimela.com)
Advertisement