The Fed Dongkrak Suku Bunga Acuan

The Fed akan sedikit menaikkan suku bunga pada 2019 mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan dan melambatnya pertumbuhan global.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Des 2018, 03:57 WIB
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Washington - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga usai gelar pertemuan yang berakhir pada Rabu waktu setempat.

Dalam pertemuan itu juga memberikan sinyal, the Fed akan sedikit menaikkan suku bunga pada 2019 mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan dan melambatnya pertumbuhan global.

Bank sentral menyatakan ekonomi AS telah tumbuh pada tingkat yang kuat dan pasar tenaga kerja terus membaik. Bank sentral mencatat beberapa kenaikan suku bunga secara bertahap akan diperlukan dan perubahan kenaikan suku bunga sedang dipersiapkan untuk menghentikan kenaikan biaya pinjaman.

The Fed juga menyatakan risiko terhadap ekonomi kurang seimbang tetapi akan terus memantau perkembangan ekonomi dan keuangan global, serta menilai implikasinya terhadap prospek ekonomi.

The Fed menaikkan suku bunga keempat kalinya pada 2018. Kenaikan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi 2,25 persen-2,50 persen. Keputusan menaikkan suku bunga itu tersebut akan membuat marah Presiden AS Donald Trump yang telah berulang kali menyerang soal pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS yang merusak ekonomi AS.

Sedangkan the Fed menaikkan suku bunga untuk mengurangi dorongan yang diberikan kebijakan moneter terhadap ekonomi yang tumbuh lebih cepat dari apa yang dilihat oleh pembuat kebijakan bank sentral.

Akan tetapi, ada kekhawatiran ekonomi dapat bergejolak pada 2019 sehingga dorongan fiskal dari pengeluaran pemerintahan Trump dan paket pemotongan pajak USD 1,5 triliun memudar dan ekonomi global melambat.

The Fed juga membuat penyesuaian teknis yang diharapkan secara luas meningkatkan pembayaran cadangan kelebihan bank hanya 20 basis poin. Ini untuk memberikan kontrol lebih baik atas tingkat kebijakan suku bunga dan mempertahankannya dalam kisaran yang ditargetkan.

Bursa saham Amerika Serikat pun merosot ke posisi terendah usai pernyataan the Federal Reserve. Harga obligasi reli mendorong imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun di bawah 2,8 persen, dan ke level terendah sejak akhir Mei.

Dolar AS melemah sebelum keputusan the Fed, memperoleh katalis positif terhadap sebagian besar mata uang utama.

"Saya pikir pasar mencari lebih banyak untuk jeda. Ini tidak terlalu dovish seperti yang diharapkan,” tutur Jamie Cox, Managing Partner Harris Financial Group, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (20/12/2018).

 


Prediksi Ekonomi

Ilustrasi The Fed

Perkiraan ekonomi yang dirilis juga menunjukkan the Fed mengharapkan kenaikan suku bunga sebanyak dua kali pada 2019 dan 2020 dengan perkiraan tingkat suku bunga menjadi 3,1 persen pada akhir 2020 dan 2021.

Ini masih akan meninggalkan biaya pinjaman di atas pandangan untuk menurunkan ke tingkat lebih netral 2,8 persen. Perkiraan ekonomi yang dirilis pada September telah mengindikasikan tiga kali kenaikan suku bunga pada 2019 dan satu kali pada 2020.

Perubahan ini mencerminkan keyakinan berkurang terhadap prediksi ekonomi pada Oktober yang dinilai cukup cerah. Meski begitum the Fed masih merencanakan kenaikan suku bunga lebih agresif dari pada yang banyak pasar harapkan. Sebelum pertemuan, pelaku pasar bertaruh the Fed tidak lebih dari satu kali menaikkan suku bunga pada 2019.

Adapun produk domestik bruto (PDB) diprediksi tumbuh 2,3 persen pada 2019 dan 2 persen pada 2020. Ini lebih lemah dari antisipasi the Fed pada September. Tingkat pengangguran berada di level terendah dalam 49 tahun di posisi 3,7 persen dari yang diharapkan pada 2019 sebesar 3,5 persen. Kemudian meningkat menjadi 3,6 persen pada 2020 dan 3,8 persen pada 2021.

Inflasi sesuai target the Fed sebesar dua persen pada 2018, dan diharapkan menjadi 1,9 persen pada 2019. Angka ini lebih rendah dari prediksi sebelumnya 1,9 persen pada tiga bulan lalu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya