Liputan6.com, Jakarta - Warung tenda hijau itu riuh sekali di antara lengang sekitar bundaran Jl. Slamet Riyadi, Kebon Manggis, Jakarta Timur. Bunyinya merupakan perpaduan suara konstan dari penggorengan, nyanyian pengamen, dan percakapan bertumpuk dari pengunjung yang perutnya siap dimanjakan seporsi ayam goreng.
Ditambah hilir-mudik pelayan yang dengan cekatan mengantarkan pesanan, begitulah pemandangan setiap harinya di kedai Ayam Goreng Kabayan (AGK). Bukan baru satu-dua tahun, adegan berulang ini terjadi sejak 1982.
Baca Juga
Advertisement
Pemilik AGK Kurnia Mahmud mengatakan usaha ayam goreng itu dirintis orangtuanya. Lokasi pertamanya bukan di tempatnya sekarang, tapi di Bioskop Jaya, Matraman, Jakarta Pusat.
"Bioskop tutup, pindah ke Gang Kelor di tahun 80-an. Tahun 1994, baru buka di sini (Jl. Slamet Riyadi). Nggak lama, yang di Gang Kelor tutup karena ada proyek," cerita pemilik AGK Kurnia Mahmud ketika ditemui Liputan6.com di kedainya, Selasa, 18 Desember 2018.
Nama Kabayan diambil karena dulu banyak orang menyebut ayah Kurnia mirip dengan penggambaran tokoh imajinatif dari budaya Sunda tersebut. "Dari situ, menurut bapak saya, bisa kalau dibuat usaha, sudah komersil juga namanya," jelas Kurnia.
Berjualan sejak puluhan tahun lalu, Kurnia mengucap, ia terus mempertahankan keaslian rasa AGK. "Resep nggak ada yang diubah sama sekali. Cuma memang kata langganan, ada beda rasa sedikit di sambal. Kalau kata orang, beda tangan, beda rasa," ucapnya.
Diakui Kurnia, sambal merupakan komponen andalan dari sekian banyak pelengkap di sajian Ayam Goreng Kabayan (AGK). Bukan tipe yang punya pedas langsung nendang, lalu apa sih istimewanya sambal di sini?
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Keistimewaan Sambal di Ayam Goreng Kabayan
Bisa dimakan sepuasnya, sambal Ayam Goreng Kabayan (AGK), dikatakan Kurnia, membuat banyak pelanggan ketagihan. "Orang kalau sudah makan bisa nggak mau berhenti. Tambah sambal lagi, tambah sambal lagi," katanya.
"Rasa pedas, manis, sama gurih yang katanya bikin selalu kangen. Padahal, kalau dilihat bumbunya ya bumbu standar saja. Tapi, ini memang resep asli dari ibu saya. Walau bahan sama, tapi ada takaran-takaran beda," tambah Kurnia.
Selain sambal, menu lain yang jadi primadona di sini adalah sayur asam. Sementara sayur asam biasanya bening, AGK menawarkan sayur asam dengan kuah pedas. Jadi, dikatakan Kurnia, kesegaran yang meledak di mulut tak hanya asam, tapi juga pedas, saat menyantap sajian satu ini.
Tak lupa pula penyajian ayam goreng yang jadi menu utama di sini. "Dulu pakai ayam kampung. Tapi, makin ke sini, harganya sudah mulai tinggi, bingung mau dipasarinnya. Akhirnya pakai ayam jantan," tuturnya.
Ayam jantan dipilih setelah melakukan banyak uji coba. "Ayam jantan teksturnya hampir kayak ayam kampung. Kalau ayam boiler, pernah coba, tapi nggak bisa menyerap bumbu sampai dalam. Dagingnya kalau diungkep kelamaan malah hancur," jelasnya.
Gurih yang dirasakan sampai ke tulang pun merupakan buah hasil memasak turun-temurun. Dengan bumbu ungkep yang sama, Kurnia menuturkan, pengolahan ayam memiliki takaran waktu berbeda. "Kuncinya di waktu. Itu yang buat ayamnya jadi empuk," tegasnya.
Seiring waktu, AGK pun menambahkan varian menu, di mana sebagian besarnya merupakan permintaan customer. Mereka adalah pepes usus, pepes ayam, pepes tahu, tahu, tempe, satai ampela dan ati, sate usus, juga petai.
Dengan tawaran menu yang sangat mungkin membuat Anda menelan ludah, penyajian makanan di sini juga menarik. Pertama, Anda akan memilih langsung lauk yang hendak dimakan. Setelahnya, barulah lauk pilihan itu digoreng. Anda tinggal duduk dan menunggu hidangan untuk disajikan.
Bersama dengan lauk pilihan tadi, akan datang nasi dalam bakul yang bisa dimakan sepuasanya dan lalapan, juga bisa disantap sebanyak Anda ingin. Sambal tomat dan sambal cabai sudah disajikan di meja dan bisa diambil sebanyak yang Anda mau, begitu pun dengan kecap manis.
Advertisement
Harga Bersahabat
Harga yang ditawarkan juga sangat terjangkau. "Ayam per potong Rp 17 ribu, pepes Rp 6 ribu, pepes ayam Rp 17 ribu, satai usus Rp 4 ribu, ampela dan ati per pc Rp 6 ribu, sayur asam Rp 6.500. Kalau petai tergantung harga di pasar. bisa Rp 8 ribu, bisa Rp 6 ribu. Nasi sepuasnya Rp 4 ribu, tapi kalau dibawa pulang kena charge lagi," papar Kurnia.
Sementara minuman yang disediakan adalah es teh manis seharga Rp 4 ribu. es teh tawar Rp 2 ribu, teh tawar gratis, dan teh botol Rp 6 ribu. Selain di Jl. Slamet Riyadi, AGK juga membuka cabang di Jl. Pahlawan Revolusi, Pondok Bambu, Jakarta Timur. "Pas di seberang Kantor Pos Pondok Bambu," katanya.
"Di pondok bambu, menunya sedikit beda karena ada tawaran paket. Ayam, nasi, tempe, sayur asam Rp 24 ribu, terus ayam, nasi, tahu, tempe Rp 22 ribu. Ada juga tambahan kayak nasi uduk, ayam bakar, sama sambal ijo," terang Kurnia. Di samping itu, kedai yang memiliki omzet kotor per hari mencapai Rp 7 juta tersebut juga bisa dipesan lewat Go Food dengan nama AGK.
Soal jam buka, AGK di Jl. Slamet Riyadi sudah berbenah sejak pukul 17.00. "Jadi, kira-kira, jam setengah enam sore sudah bisa layani pesanan untuk dibawa pulang. Kalau makan di sini mulai kira-kira jam enam sore," ucapnya. Walau jam bukanya sampai 22.30, tapi sajiannya sering kali habis sebelum pukul 21.00.
"Lain lagi kalau yang di Pondok Bambu, kan sudah bukan tenda. Jadi, bukanya dari jam 12.00 sampai 22.30," tambah Kurnia. Cepat sekali habis, usahakan datang lebih awal kalau Anda ingin mencicip seporsi ayam goreng gurih, lengkap dengan sambal dan sayur asam di Ayam Goreng Kabayan. Selamat makan malam!