Selesai Uji Coba Kereta Api Pakai Minyak Sawit, Begini Hasilnya

Pemerintah telah menyelesaikan uji pengunaan solar yang dicampur dengan 20 persen biodiesel (B20) pada lokomotif kereta.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 20 Des 2018, 18:30 WIB
Sejumlah penumpang menunggu kereta di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (29/11). PT KAI Daop 1 Jakarta akan mengoperasikan 11 KA tambahan tujuan Solo, Bandung, dan Cirebon yang dimulai pada 29 November hingga 4 Desember 2017. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah menyelesaikan uji pengunaan solar yang dicampur dengan 20 persen biodiesel (B20) pada lokomotif kereta. Hasilnya, transportasi masal tersebut mampu menyerap B20.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM), Rida Mulyana mengatakan,‎ uji coba penggunaan B20 dilakukan dari beberapa aspek yaitu kualitas bahan bakar dilakukan Lemigas, kinerja mesin oleh Badan Pengkajian Pusat Teknologi (BPPT) dan komponen B20. Hasil uji coba tersebut memuaskan, lokomotif mampu menyerap dengan baik B20.

"Saya tidak kaget bahwa ini bagus. Kereta yang mesinnya lebih tahan banting rasa rasanya bisa menerima B20‎," kata Rida, di Jakarta, Kamis (20/12/2018).

Rida mengungkapkan, uji penggunaan B20 pada lokomotif ‎dilakukan sejak 10 Februari 2018 hingga 10 Agustus 2018. Ada dua jenis lokomotif yang diujicoba, yaitu Electro Moive Diesel (EMD) dan General Electric (GE).

Hasil uji coba pada lokomotif EMD, saat dicampur dengan B20 jauh lebih banyak menggunakan bahan bakar 1 sampai 4 persen, ketimbang‎ menggunakan solar tanpa campuran biodiesel. Sedangkan hasil uji coba pada lokomotif GE tidak ada perubahan.

Untuk hasil uji coba emisi pada lokomotif EMD dengan jenis mesin dua langkah atau dua tak,  tingkat emisinya tidak mengalami perubahan ketika menggunakan B20 dengan solar tanpa campuran.

Sedangkan untuk mesin lokomotif GE dengan jenis mesin empat tak, terjadi penurunan emisi Karbondiogsida (CO2) sebesar 20 persen-30 persen. Namun, di sisi lain peningkatan gas buang jenis Nox, dengan tingkat kenaikan sekitar 20 persen.

 


PLN Siap Ganti Bahan Bakar PLTD dari Solar ke Biodiesel pada 2019

Petugas PLN melakukan penyambungan penambahan daya listrik di Jakarta, Rabu (21/6). Menyambut lebaran, PLN memberikan bebas biaya penyambungan untuk rumah ibadah dan potongan 50 persen untuk pengguna selain rumah ibadah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, PT PLN (Persero) ‎siap mengganti bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dari Solar menjadi Biodiesel yang berbahan baku minyak sawit.

‎Direktur Bisnis Regional Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Djoko Rahardjo Abumanan mengatakan, PLN siap menggunakan minyak sawit sebagai bahan bakar PLTD.

Namun untuk menerapkannya akan terlebih dulu dilakukan penggantian mesin. "Mesin baru saja lah. Kami siap dengan CPO (Crude Palm Oil)," kata Djoko, di Jakarta Jumat 19 Oktober 2018.

Menurut Djoko, penggantian bahan bakar PLTD dari solar menjadi minyak sawit murni akan dilakukan pada 2019.

Saat ini realisasi penggunaan 20 persen biodiesel dengan solar (B20) sebanyak 142.246 kilo liter (KL). "Itu kalau CPO murni. Itu nanti 2019 nanti. Roadmap," tutur dia.

Saat ini PLN masih kesulitan mendapatkan pasokan solar yang telah tercampur 20 persen biodiesel, untuk digunakan PLTD yang mayoritas terdapat di Indonesia Timur.

"Sebetulnya gini, bukan di kita, tapi penyedia B20-nya loh," tandas dia.

Sebelumnya, Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mendorong penggantian bahan bakar PLTD dari Solar menjadi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).

Dia mengaku ‎telah menginstruksikan PLN selaku operator kelistrikan di Indonesia, untuk mengganti bahan bakar PLTD dengan total kapasitas 1.800 Mega Watt (MW), dari Solar menjadi minyak kelapa sawit.

"Kami telah menginstruksikan PLN untuk mengubah setidaknya 1.800 MW mesin diesel menjadi 100 persen CPO," tutur Jonan, saat membuka forum bisnis Indonesia Finlandia, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (9/10/2018).

Jonan pun menginginkan, penggantian bahan bakar fosil menjadi bahan bakar nabati pada pembangkit listrik tersebut, dapat diterapkan tahun ini.

‎"Kami harap bisa dilakukan tahun ini. This is real," ujarnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya