Harga Minyak Jatuh ke Posisi Terendah dalam Setahun

Pasar saham AS juga melanjutkan penurunan pada hari Kamis dan menyeret harga minyak lebih rendah.

oleh Nurmayanti diperbarui 21 Des 2018, 06:17 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia turun 5 persen, mencapai level terendah dalam lebih dari setahun. Penurunan harga dipicu kekhawatiran tentang kelebihan pasokan dan prospek permintaan energi seiring kenaikan suku bunga AS yang merontokkan pasar.

Melansir laman Reuters, Jumat (21/12/2018), harga minyak berjangka Brent turun USD 2,89, atau 5,05 persen menjadi USD 54,35 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka AS atau West Texas Intermediate (WTI) turun USD 2,29, atau 4,75 persen ke posisi USD 45,88 per barel.

Harga minyak Brent mencapai sesi rendah di USD 54,28 per barel, merupakan harga terendah sejak pertengahan September 2017. Sementara WTI merosot ke USD 45,67, harga terendah sejak akhir Agustus 2017.

Pasar saham global turun setelah Federal Reserve AS berencana akan mempertahankan sebagian besar kenaikan suku bunga selama dua tahun ke depan, memupus harapan untuk pandangan kebijakan yang lebih dovish.

Pasar saham AS juga melanjutkan penurunan pada hari Kamis, menyeret harga minyak lebih rendah. 

"Pelemahan tambahan dalam selera risiko seperti yang digarisbawahi oleh penurunan lebih lanjut dalam ekuitas dapat dengan mudah menjaga entitas spekulatif di WTI," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates.

Kedua kontrak berjangka minyak utama telah jatuh lebih dari 35 persen dari posisi tertinggi multi-tahun yang dicapai pada awal Oktober.

Fatih Birol, Kepala Badan Energi Internasional, mengatakan pada hari Kamis bahwa dia tidak akan mengharapkan kenaikan tajam harga minyak dalam jangka pendek, kecuali ada masalah geopolitik.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen minyak lainnya termasuk Rusia setuju untuk mengekang produksi 1,2 juta barel per hari (bpd) dalam upaya untuk menguras tangki dan menaikkan harga pada bulan ini.

Produksi minyak tercatat telah mencapai atau mendekati rekor tertinggi di Amerika Serikat, Rusia dan Arab Saudi.

"Pasar tetap skeptis terhadap kemampuan OPEC dan produsen minyak Rusia untuk mengendalikan output," kata John Kilduff, Mitra di Again Capital Management di New York. 

 


Harga Minyak Kemarin

Harga minyak naik usai alami aksi jual tajam pada sesi perdagangan sebelumnya. Kenaikan harga minyak terjadi usai data Amerika Serikat (AS) menunjukkan permintaan yang kuat untuk produk olahan.

Sentimen tetap negatif, tetapi investor bergulat dengan melemahnya permintaan dan kekhawatiran kelebihan pasokan.

Harga minyak mentah Brent berjangka naik 61 sen menjadi USD 56,87 per barel atau naik 1,1 persen pada pukul 14.21 waktu setempat. Harga minyak mentah AS pada Januari menguat 2,6 persen menjadi USD 47,43 barel.

Persediaan minyak mentah pun turun 497 ribu barel dalam sepekan hingga 14 Desember. Angka ini lebih kecil dari penurunan yang diperkirakan 2,4 juta barel. Berdasarkan data the US Energy Information Administration, penurunan itu ketiga berturut-turut.

Stok distilasi termasuk minyak diesel turun 4,2 juta barel dibandingkan harapan kenaikan 573 ribu barel. Permintaan distilasi naik ke level tertinggi sejak Januari 2003 yang mendorong pembelian terutama minyak berjangka untuk diesel. Ada pun permintaannya naik 2,7 persen menjadi USD 1,8012 per gallon.

“Sentimen komplek ini mendorong kenaikan hari ini, tetapi hanya satu yang mengimbangi sebagian kecil dari kerugian baru-baru ini,” ujar Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (20/12/2018).

Pada perdagangan Selasa, harga minyak Brent jatuh ke sesi terendah ke level USD 55,89 per barel yang merupakan level terendah sejak Oktober 2017. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) susut ke posisi USD 45,79 per barel, yang merupakan terlemah sejak Agustus 2017.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya