Ketimbang Pewangi Semprot, Lebih Baik Gunakan Kopi sebagai Pengharum Tempat Kerja

Pewangi semprot yang sering digunakan di tempat kerja mengandung bahan kimia yang sesungguhnya berbahaya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 21 Des 2018, 14:00 WIB
Ilustrasi Foto Bekerja di Kantor (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Agar tempat kerja tetap sehat, yang harus dilakukan adalah menjaga kebersihan. Namun selain itu, ada beberapa benda yang disarankan untuk tidak digunakan di ruang kerja.

Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga Kartini Rustandi merekomendasikan lebih baik tempat kerja tidak menggunakan pewangi semprot otomatis. Hal tersebut dia sampaikan dalam konferensi pers di Kantor Kemenkes, Jakarta. Ditulis Jumat (21/12/2018).

"Kalau di ruangan saya, saya tidak suka pakai pewangi semprot yang otomatis. Karena itu juga bahan kimia. Jadi saya pakai biji kopi. Saya taruh saja biji kopi," kata Kartini menceritakan. "Atau juga bisa dengan teh atau cengkeh."

Kapur barus juga disarankan untuk tidak digunakan di ruang kerja. Kartini mengatakan, apabila terlalu dekat dengan seseorang, maka orang tersebut bisa merasa pusing. Hal ini berbahaya juga bagi kesehatan. 

 

Simak juga video menarik berikut ini:


Bersih belum tentu bebas bahan berbahaya

Ilustrasi kantor dan tempat kerja (iStockphoto)

Selain itu, sekalipun terlihat bersih dan bebas dari limbah, belum tentu kantor atau ruang kerja benar-benar aman dari benda-benda yang membuat kita sakit. Kartini mengatakan, limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) sebenarnya ada di sekitar kita.

"Misalnya microphone, ini baterainya kemana. Bekas komputer yang rusak mau dikemanakan. Ini tidak bisa dibuang sembarangan," kata Kartini menambahkan.

"Laptop, handphone, ini kan di dalamnya juga terbuat dari bahan-bahan yang mengandung komponen-komponen yang berbahaya," ujarnya.

Orang seringkali membuang baterai sembarangan. Padahal, benda tersebut seharusnya dipisahkan dari sampah-sampah lainnya.

"Sehingga kalau kita membuang baterai sembarangan, kita sudah mencemari lingkungan," kata Kartini. Maka dari itu, benda-benda semacam itu sudah sepatutnya diperlakukan sama seperti limbah medis.

"Jadi kalau dulu kita berpikiran hal semacam ini hanya dilakukan oleh rumah sakit. Di kantor juga ada hal-hal yang harus kita pikirkan," tambahnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya