Liputan6.com, Jakarta Mantan artis cilik Tasya Kamila memiliki cara tersendiri untuk melakukan pengolahan sampah. Dirinya membuat sampah menjadi pupuk kompos. Tasya Kamila pun berharap masyarakat untuk mengurangi laju proyeksi timbunan sampah yang terus meningkat setiap tahunnya. Tasya Kamila memang kebetulan Duta Lingkungan dari KLHK RI.
Dalam kesehariannya, Tasya Kamila memerhatikan pemilahan sampah rumah tangganya. Di sela kegiatannya yang padat, Tasya memiliki tabung komposter pribadi atau alat yang digunakan untuk membuat pupuk dari sampah sisa makanan.
"Salah satu komitmen aku terhadap lingkungan adalah perhatian terhadap sampah. Aku sudah mulai mengolah sampah menjadi pupuk kompos. Di rumah aku nabung sampah. Aku pisahkan sampah basah yang bisa terurai alami seperti sisa makanan, kulit buah, dan daun-daunan. Setelah dimasukkan ke tabung komposter, disemprot dengan bioaktivator lalu tunggu 3-5 hari. Pupuk cair sudah bisa dipakai," ujar Tasya Kamila saat talkshow bertema 'Pengaruh Sampah Terhadap Perubahan Iklim dan Dampaknya Terhadap Bumi di Alun-alun Sidoarjo, Jawa Timur, beberapa waktu yang lalu.
Selain itu, Tasya menghimbau generasi milenial untuk lebih siap sadar lingkungan. Perempuan 26 tahun tersebut mengingatkan bahaya penggunaan kantong plastik yang butuh waktu lama untuk terurai. Tasya sangat prihatin dengan banyaknya sampah plastik yang dibuang di laut, sungai, dan ekosistem lain sehingga dapat menyebabkan binatang mati/punah.
"Ibaratnya mungkin cuma satu bungkus permen saja yang kita buang sembarangan. Seandainya ada satu juta orang melakukan hal yang sama, timbunan sampah jadi banyak sekali. Itu baru satu plastik kecil, bagaimana dengan sampah yang lain. Sudah saatnya kita kurangi plastik. Mulailah membawa botol minum dan tas belanja dari rumah dan juga gunakan produk daur ulang lainnya. Pokoknya kita harus memaksimalkan Reduce, Reuse dan Recycle,” ucap Tasya Kamila.
Baca Juga
Advertisement
Kesadaran
Tak hanya Tasya, sikap sadar lingkungan juga ditunjukkan oleh Social Entrepreneur terpilih pada Young Leaders Summit on Ethical Leadership dari Asia Europe Foundation, Vania Santoso. Perempuan asal Surabaya, Jawa Timur ini sejak muda sudah menjadi aktivis gerakan penghijauan dengan membuat produk eco-fashion yang dipasarkan di dalam dan luar negeri. Bahan utama yang digunakan adalah sak semen, plastik yang dikombinasikan dengan tenun atau batik sebagai variasi.
"Contohnya tas ini yang merupakan daur ulang dari limbah sampah. Saya ambil dari bungkus semen/sak semen. Nggak cuma dibuat tas, ini bisa jadi sepatu, dompet atau ikat pinggang. Bagus, ramah lingkungan dan orang tidak menyangka ini dari daur ulang sampah karena terlihat seperti kulit dan tahan air," tutur Vania. Ia tak menyangka produknya diminati sampai mancanegara hingga menghasilkan omset puluhan juta rupiah.
Advertisement
Kepedulian
Melalui talkshow ini, diharapkan generasi muda lebih bijak dan peduli terhadap pelestarian lingkungan hidup. Wujud mencintai lingkungan bisa dimulai dari lingkup yang paling kecil seperti menghemat pemakaian air dan listrik.
“Dengan langkah kecil ini, kita bisa bersama-sama mewujudkan tujuan nyata menjaga pelestarian alam. Sebagai generasi muda, kita harus jadi yang paling giat membuat perubahan untuk sadar lingkungan. Yuk berubah untuk Indonesia," ujar Jovial menutup talkshow.
Talkshow 'Pengaruh Sampah Terhadap Perubahan Iklim dan Dampaknya Terhadap Bumi' ini diselenggarakan oleh Djarum Trees For Life (DTFL). Sebelumnya, DTFL telah memulai program penanaman pohon trembesi di tahun 2010, hingga saat ini DTFL telah berhasil menanam 2.220 KM trembesi dan berpotensi untuk menyerap 28,5 juta ton CO2 per tahun per pohon. Sementara itu lebih dari 700.000 bibit mangrove di tanam di pantai utara Jawa Tengah, dan konservasi Lereng Muria pun terus dilakukan.
Selain Tasya Kamila, dalam talkshow tersebut hadir pula Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur – Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Dr. Nandang Prihadi, S. Hut, M.Sc.
Sampah menjadi topik utama dalam talkshow ini karena berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, proyeksi timbunan sampah rumah tangga dan sampah sejenisnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah sampah telah mencapai 65,8 juta ton pada 2017. Proyeksi jumlah sampah tahun ini meningkat menjadi 66,5 juta ton dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 67,8 juta ton pada 2020 dan 70,8 ton pada 2025.
“Manusia punya kontribusi sangat besar dalam menghasilkan sampah dan emisi gas rumah kaca (GRK)," ungkap Nandang Prihadi.