Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada hari Rabu kemarin. Akan tetapi, The Fed menurunkan probabilitas atau proyeksi kenaikkan bunganya di 2019.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan bahwa sebelumnya semua pihak memperkirakan The Fed atau bank sentral AS akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali di tahun depan. Namun prediksi tersebut berubah sejak pengumuman kenaikkan suku bunga The Fed kemarin.
Baca Juga
Advertisement
"Sejumlah pelaku pasar mengestimasinya kalau tahun depan kalau FFR hanya naik satu kali, tapi kemarin probabilitasnya dua kali, itu kalau dari sisi pasar," kata Perry di kompleks Gedung BI, Jumat (21/12/2018).
Dia mengungkapkan, kondisi tersebut menjadi faktor positif bagi iklim investasi di negara berkembang termasuk Indonesia. "Sehingga meningkatkan confident internasional dan inflow (aliran modal masuk) akan lebih besar," ujarnya.
Sementara itu, dia menegaskan BI tetap pada perkiraan awal yaitu The Fed akan menaikkan suku bunganya sebanyak tiga kali.
"Kalau dari BI tetap memperkirakan kalau tahun depan tiga kali. Meskipun probabilitasnya mengarah dua kali, sebagaimana yang kita cermati dari pengumuman The Fed," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
The Fed Dongkrak Suku Bunga Acuan
Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga usai gelar pertemuan yang berakhir pada Rabu waktu setempat.
Dalam pertemuan itu juga memberikan sinyal, the Fed akan sedikit menaikkan suku bunga pada 2019 mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan dan melambatnya pertumbuhan global.
Bank sentral menyatakan ekonomi AS telah tumbuh pada tingkat yang kuat dan pasar tenaga kerja terus membaik. Bank sentral mencatat beberapa kenaikan suku bunga secara bertahap akan diperlukan dan perubahan kenaikan suku bunga sedang dipersiapkan untuk menghentikan kenaikan biaya pinjaman.
The Fed juga menyatakan risiko terhadap ekonomi kurang seimbang tetapi akan terus memantau perkembangan ekonomi dan keuangan global, serta menilai implikasinya terhadap prospek ekonomi.
BACA JUGA
The Fed menaikkan suku bunga keempat kalinya pada 2018. Kenaikan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi 2,25 persen-2,50 persen. Keputusan menaikkan suku bunga itu tersebut akan membuat marah Presiden AS Donald Trump yang telah berulang kali menyerang soal pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS yang merusak ekonomi AS.
Sedangkan the Fed menaikkan suku bunga untuk mengurangi dorongan yang diberikan kebijakan moneter terhadap ekonomi yang tumbuh lebih cepat dari apa yang dilihat oleh pembuat kebijakan bank sentral.
Akan tetapi, ada kekhawatiran ekonomi dapat bergejolak pada 2019 sehingga dorongan fiskal dari pengeluaran pemerintahan Trump dan paket pemotongan pajak USD 1,5 triliun memudar dan ekonomi global melambat.
The Fed juga membuat penyesuaian teknis yang diharapkan secara luas meningkatkan pembayaran cadangan kelebihan bank hanya 20 basis poin. Ini untuk memberikan kontrol lebih baik atas tingkat kebijakan suku bunga dan mempertahankannya dalam kisaran yang ditargetkan.
Bursa saham Amerika Serikat pun merosot ke posisi terendah usai pernyataan the Federal Reserve. Harga obligasi reli mendorong imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun di bawah 2,8 persen, dan ke level terendah sejak akhir Mei.
Dolar AS melemah sebelum keputusan the Fed, memperoleh katalis positif terhadap sebagian besar mata uang utama.
"Saya pikir pasar mencari lebih banyak untuk jeda. Ini tidak terlalu dovish seperti yang diharapkan,” tutur Jamie Cox, Managing Partner Harris Financial Group, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (20/12/2018).
Advertisement