5 Pelatih Berstatus Carataker Tersukses di Liga Inggris

Ole Gunnar Solskjaer ditunjuk menggantikan Jose Mourinho hingga Liga Inggris berakhir.

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 22 Des 2018, 19:00 WIB
Manajer Manchester United asal Norwegia, Ole Gunnar Solskjaer. (AFP/Ian MacNicol)

Liputan6.com, Jakarta - Manchester United (MU) menunjuk Ole Gunnar Solskjaer sebagai pelatih carataker. Pria asal Norwegia itu ditunjuk menggantikan Jose Mourinho hingga Liga Inggris berakhir.

Solskjaer bukanlah nama baru dalam sejarah kompetisi Liga Inggris dan Setan Merah, julukan MU. Dia pernah memperkuat MU pada 1996 hingga 2007 dengan mencetak 126 gol dari 366 pertandingan di semua kompetisi.

Pria berusia 45 tahun itu mengakhiri kariernya bersama MU pada 2007. Ole Gunnar Solskjaer memutuskan gantung sepatu karena cedera yang berkepanjangan,

Pada tahun 2010 diangkat sebagai pelatih klub Norwegia Molde. Dia membawa Molde menjuarai Liga Norwegia untuk pertama kali.

Dia dianggap sebagai "super sub" kakrena selalu datang dari bangku pengganti untuk mencetak gol terlambat. Momen Solskjaer di sepak bola datang di injury time dari Final Liga Champions UEFA 1999, dia mencetak gol kemenangan di menit terakhir melawan Bayern Munchen, menyelesaikan comeback luar biasa dan memenangkan The Treble untuk Setan Merah.

Sebelum Solskjaer ada banyak pelatih yang menjadi karataker di Liga Inggris. Bahkan, mereka menuai sukses. Siapa saja? Lihat di halaman berikut.


Guus Hiddink (Chelsea)

Guus Hiddink. (AFP/Glyn Kirk)

Pelatih legendaris asal Belanda Guus Hiddink pernah menjadi manajer sementara di Chelsea dalam dua kesempatan berbeda dan keduanya berbuah hasil yang bagus. Meskipun begitu, Hiddink tak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi manajer permanen di Stamford Bridge.

Hiddink pertama kali menangani The Blues pada musim 2008/09. Ia menggantikan Luis Felipe Scolari yang dipecat pada Februari 2009 setelah Chelsea tercecer di posisi ke-4 di Premier League.

Hiddink berhasil mendongkrak performa Chelsea. Meski The Blues hanya finis di posisi ke-3, timnya memenangkan 11 dari 13 pertandingan di liga dan dia juga mengantarkan mereka meraih juara FA Cup.

Tugas kedua Hiddink di Stamford Bridge mirip seperti Solskjaer di United. Ia harus membereskan kekacauan yang ditinggalkan Jose Mourinho setelah dipecat pada Desember 2015.

Hiddink mengambil alih Chelsea saat di posisi ke-16. Meski tidak berhasil mempersembahkan trofi, Hiddink membawa Chelsea tidak terkalahkan dalam 12 pertandingan beruntun dan berhasil mendongkrak tim ke posisi ke-10.

 

 


Craig Shakespeare (Leicester City)

Craig Shakespeare. (AP/Rui Vieira)

Setelah memenangkan Premier League, Leicester City menjalani musim yang buruk pada musim 2016/17 dan Claudio Ranieri dipecat setelah klub terpuruk di posisi ke-17. The Foxes kemudian mengangkat asisten pelatih Craig Shakespeare sebagai caretaker.

Pengangkatan Shakespeare ternyata memberikan dampak yang positif di klub. Arsitek asal Inggris itu berhasil mengerek posisi Leicester ke peringkat 12 dan menembus perempat final Liga Champions.

Prestasi hebat yang ditorehkan Shakespeare itu mampu membuatnya mendapatkan kontrak permanen dengan durasi tiga tahun pada akhir musim. Sayangnya, Shakespeare tidak mampu mengulangi prestasinya tersebut pada musim berikutnya dan dipecat tiga bulan kemudian.

 

 


Roberto Di Matteo (Chelsea)

Roberto Di Matteo pelatih asal Italia yang pernah membawa Chelsea meraih gelar Liga Champion pada tahun 2012. (AFP Photo/Giuseppe Cacace)

Mantan gelandang Chelsea Roberto Di Matteo ditunjuk sebagai caretaker pada awal Maret 2012 setelah Andre Villas-Boas dipecat. Ketika Di Matteo mengambil alih, The Blues berada di posisi ke-5 di liga dan jauh dari perebutan gelar Premier League.

Namun, Chelsea ternyata tidak salah menunjuk Di Matteo sebagai manajer sementara mereka. The Blues dibawanya menjadi juara FA Cup setelah mengalahkan Liverpool 2-1 di final.

Kesuksesan Di Matteo itu ternyata juga menular di Liga Champions dan pria Italia itu berhasil membawa Si Kuping Besar ke Stamford Bridge setelah mengalahkan Bayern Munchen. Di Matteo menjadi manajer permanen Chelsea pada musim berikutnya tetapi dipecat pada bulan November.

 


Kenny Dalglish (Liverpool)

Mantan pemain dan manajer Liverpool, Kenny Dalglish. (dok. Liverpool)

Dalglish ditunjuk menjadi caretaker Liverpool setelah Roy Hodgson dipecat pada Januari 2011. Hodgson meninggalkan Liverpool di posisi ke-12 di Premier League dan Dalglish diberi tugas untuk membereskan hal tersebut.

Di bawah King Kenny, The Reds berhasil memenangkan 10 dari 18 pertandingan terakhir mereka dan hanya kalah empat kali. Liverpool pada akhirnya finis di posisi keenam dan terlihat lebih baik dari era Hodgson.

Karena kesuksesannya sebagai caretaker, Dalglish mendapat kontrak permanen dari Liverpool pada musim panas 2011. Meski mampu membawa The Reds memenangkan EFL Cup - trofi pertama mereka sejak 2006 - dia dipecat pada musim panas 2012 setelah finis di posisi ke-8 di Premier League.

 


Glenn Roeder (Newcastle United)

Glenn Roeder. (AFP PHOTO DDP/THOMAS LOHNES)

Newcastle tampil mengecewakan pada musim 2005/06 meski diperkuat dua striker maut Michael Owen dan Alan Shearer. Graeme Souness pun harus meninggalkan klub dan posisinya kemudian digantikan oleh Glenn Roeder.

Ketika Roeder mengambil alih, Newcastle berada tepat di atas zona degradasi. Namun, kehadiran Roeder memberikan dampak yang positif setelah meraih 10 kemenangan dan hanya kalah tiga kali dari 15 pertandingan.

The Magpies pada akhirnya bisa finis di peringkat ketujuh dan mendapatkan tiket ke Piala Intertoto. Meski mendapatkan kontrak permanen, Roeder kemudian dipecat pada musim berikutnya.

Sumber: Bola.net

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya