BMKG Sebut Tak Nyalakan Sirine Tsunami Susulan

Rahmat menegaskan, sampai saat ini BMKG juga belum mendeteksi kemungkinan terjadinya tsunami susulan.

oleh Ratu Annisaa Suryasumirat diperbarui 23 Des 2018, 14:29 WIB
Seorang pria mencari barang-barang dari rumahnya yang rusak setelah tsunami menerjang Pantai Carita, di perairan Banten, Minggu (23/12). Data sementara jumlah korban dari bencana tsunami di Selat Sunda tercatat 43 orang meninggal dunia. (SEMI / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Bunyi sirine diikuti oleh kepanikan masyarakat akan tsunami susulan di Pandeglang, Banten dikonfirmasi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai kepanikan belaka. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengatakan, pihaknya tidak membunyikan sirine.

"Yang pasti dari kami di BMKG tidak adanya mendetek di sensor dekat di sekitar Selat Sunda, sensor di Cigeulis, dan juga tide gauge tidak ada perubahan air laut yang signifikan. Namun masyarakat di sekitar Banten pada panik, pada berlarian, bahkan isunya ada sirine berbunyi," kata Rahmat di Gedung BMKG, Jakarta, Minggu (23/12/2018).

Menurutnya, kepanikan ini disebabkan oleh masyarakat yang masih trauma akan tsunami yang terjadi pada malam sebelumnya, Sabtu 22 Desember 2018 pukul 21.27 WIB.

Namun, BMKG juga akan kembali memastikan pembunyian sirine mengenai tsunami susulan tersebut dengan Badan Penanggungulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

"Kita akan cross check apakah BPBD setempat membunyikan. Di sana juga ada sirine yang di Cilegon, di perusahaan baja kalau nggak salah, di sana juga ada sirine, bisa jadi itu diaktivasi. Tapi semua itu masih simpang siur ya," Rahmat menjelaskan.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tidak Deteksi Tsunami Susulan

Rahmat menegaskan, sampai saat ini BMKG juga belum mendeteksi kemungkinan terjadinya tsunami susulan.

"Yang pasti dari kami BMKG tidak melihat, mencatat, adanya suatu hal yang serius, signifikan, sehingga adanya tsunami susulan tadi," ujar Rahmat.

Rahmat mengaku, ia juga khawatir ada pihak tidak bertanggungjawab yang memang sengaja menyebarkan berita hoaks untuk menambah kepanikan masyarakat.

"Saya hanya khawatir situasi ini dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab untuk memancing situasi yang menambah panik ya, untuk mengambil keuntungan di balik situasi yang panik ini," tandas Rahmat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya