Liputan6.com, Jakarta - Selama bertahun-tahun, banyak teori telah berupaya mengungkap penyebab lenyapnya peradaban Minoa, yang disebut-sebut sebagai bangsa modern pertama di Eropa. Kehancurannya, konon, dipicu oleh gelombang dahsyat yang tiba-tiba menyerang, layaknya tsunami Anyer baru-baru ini.
Namun, penemuan baru di Distrik Palaikastro, Kepulauan Kreta, Yunani, memberi cukup petunjuk untuk penjelasan yang masuk akal.
Dikutip dari situs Explorecrete.com pada Minggu (23/12/2018), arkeolog Stuart Dunn menyatakan bahwa abu vulkanik dari gunung api Santorini jelas membayangi Kreta selama beberapa hari, tetapi dalam keadaan apa pun tidak menghancurkan peradaban Minoa.
Arkeolog Sandy McGillivray, yang mempelajari peradaban Kreta dan kehancurannya, mengajak Hendrik Bruins dari University of Ben Gurion di Israel untuk memeriksa tanah di Palaikastro dan situs pesisir Kreta.
Hendrik Bruins mengambil beberapa sampel tanah yang menunjukkan mikroorganisme dan spesies laut, di tempat-tempat yang tidak diketahui fenomena yang dapat menjelaskan keberadaan mereka.
Baca Juga
Advertisement
Para ahli menemukan endapan batu dan tembikar, serta banyak gumpalan abu vulkanik. Mereka juga menemukan foraminifera, organisme laut mungil, yang biasanya hanya ditemukan di dasar laut, dan alga korallin--unsur-unsur yang tidak dapat dilihat di daratan.
Berjarak beberapa kilometer dari Palaikastro, di Amnissos, para ilmuwan memeriksa temuan yang juga mengandung abu, spesies laut, tulang sapi, plester dinding dan lantai, batu apung dan kerang.
Mereka segera mengetahui bahwa ini hanya dapat dijelaskan dengan aliran air yang besar dan tiba-tiba, sehingga mereka pun membutuhkan bantuan Dr Kostas Sinolakis, seorang ahli tsunami, untuk menjelaskannya.
Satu-satunya cara temuan itu bisa tersimpan di tanah Kreta adalah dengan tsunami. Gelombang pasang yang disebabkan oleh erupsi Gunung Santorini ini menghantam pantai Kreta, menghancurkan perkebunan, tanaman, kapal dan perdagangan, kemudian membuat peradaban Minoa lenyap tidak membekas.
Pelabuhan dan infrastruktur Minoa dihancurkan oleh gelombang 50 kaki (setara 15,2 meter) dan tidak pernah ditemukan hingga ribuan setelahnya.
Diduga Kuat Hancur oleh Tsunami
Berdasarkan perangkat lunak yang sangat akurat dan terspesialisasi, Dr Sinolakis berhasil merekonstruksi dan menunjukkan sebaran tsunami di seluruh Laut Aegea, untuk membangun gambaran lengkap skala dan dampaknya.
Dengan menggunakan teknik radio karbon, mereka membandingkan temuan geologis dengan era erupsi. Semua bagian akhirnya jatuh ke tempatnya.
Kesimpulannya mengerikan: tidak hanya satu, tetapi beberapa tsunami berturut-turut, lebih dari 50 kaki menghantam pantai Kreta, setiap 30 menit. Orang Minoa tidak mungkin tahu nasib apa yang telah dituliskan untuk mereka.
Para ilmuwan berasumsi bahwa orang-orang Minoa sempat menyelamatkan diri. Mungkin beberapa dari mereka datang kembali untuk membantu yang terluka atau menemukan anggota keluarga tertinggal, tanpa sadar bahwa ada gelombang-gelombang lain yang mematikan segera datang.
Ini adalah sesuatu yang terjadi berulang kali, menghancurkan sepenuhnya pantai utara dan timur Kepulauan Kreta, yang menjadi lokasi sebagian besar peradaban Minoa.
Simak video pilihan berikut:
Berkaitan dengan Hilangnya Atlantis
Sejak arkeolog berhasil menemukan reruntuhan Istana Raja Minos di Pulau Knossos, Yunani, hampir 100 tahun lalu, penyebab kehancuran peradaban Minoa telah menjadi subjek kontroversi dan perselisihan di antara para ilmuwan.
Peradaban Minoa adalah peradaban Zaman Perunggu yang muncul di Kepulauan Kreta dan berkembang hampir 5000 tahun lalu, hingga suatu ketika hancur tanpa tersisa pada 1450 sebelum Masehi.
Bangsa Minoa adalah yang pertama di Eropa yang menggunakan bahasa tertulis, disebut Linear A, yang akhirnya baru bisa diterjemahkan dengan akurat pada awal 2010-an.
Masyarakat Minoa berbeda dengan Yunani, dan cenderung mendominasi pengaruh di Laut Mediterania dibandingkan daratan Eropa, sehingga membuatnya hampir sulit diserang oleh kekuatan eksternal lainnya.
Namun, tiba-tiba, pada puncak kekuatannya, peradaban Minoa hancur binasa oleh kekuatan alam yang sangat dahsyat, di mana hanya meninggalkan sedikit sekali bukti sejarah, yang baru terkuak beribu-ribu tahun setelahnya.
Para ilmuwan mengasosiasikan hancurnya peradaban Minoa dengan Atlantis yang hilang, di mana sebagian mengandalkan kata-kata filsuf Plato, yang beberapa uraiannya sesuai dengan temuan ilmiah saat ini.
"Catatan kami menunjukkan bagaimana kota Anda mendapati kekuatan besar yang dengan arogan maju dari pangkalannya di Samudra Atlantik, untuk menyerang kota-kota Eropa dan Asia. Karena pada masa itu Atlantik dapat dilayari."
Sejak Plato menggambarkan kisah Atlantis, banyak mitos, legenda, dan studi ilmiah telah muncul. Banyak orang percaya bahwa Atlantis terletak di Yunani, yang mungkin tepatnya berada di Pulau Kreta, atau Santorini.
Namun, di antara legenda dan mitos, terdapat dua peristiwa bersejarah yang sangat penting dan mungkin saling berkaitan, yakni hancurnya peradaban Minoa dan letusan Gunung Api Santorini, yang terjadi hampir 3.500 tahun lalu.
Teori utama mengenai kehancuran peradaban Minoa --selama bertahun-tahun-- menunjukkan bahwa hal itu disebabkan oleh sesuatu yang keras dan mendadak seperti letusan Gunung Api Santorini.
Awalnya diyakini bahwa letusan itu terjadi pada 1450 SM, ketika peradaban Minoa lenyap, tetapi penemuan dan teori terbaru menempatkannya di suatu tempat antara 1627 hingga 1620 sebelum Masehi.
Peristiwa kosmogonik letusan telah membingungkan para sejarawan selama bertahun-tahun. Hingga saat ini, dunia ilmiah sedang mencoba menjelaskan dan merekonstruksi urutan peristiwa yang mengarah pada kehancuran Pulau Thira (Santorini), dan mungkin menghancurkan peradaban Minoa.
Advertisement