Dosen IPB Jadi Korban Tewas Tsunami Selat Sunda

IPB berduka setelah Ani Purjayanti menjadi korban tsunami Selat Sunda saat menjenguk keluarganya di Banten.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 23 Des 2018, 19:00 WIB
Dosen IPB Ani Purjayanti, salah seorang korban tewas bencana tsunami Selat Sunda. (foto: istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang dosen Institut Pertanian Bogor (IPB), Ani Purjayanti (54), menjadi salah satu korban tewas dalam bencana tsunami yang menerjang Selat Sunda, Banten, Sabtu, 22 Desember 2018. Ia sehari-hari menjadi dosen Bahasa Inggris di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM).

Dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, korban sedang menjenguk keluarganya yang ada di Banten bersama suami dan anaknya saat itu. Berbeda dengan Ani, suaminya selamat dari terjangan tsunami dan kini dirawat di rumah sakit terdekat.

 

Sementara, anak dan saudaranya belum ditemukan. Jenazah Ani selanjutnya akan disemayamkan di Rangkasbitung dan akan dimakamkan di kampung halamannya, Ambarawa, Jawa Tengah. Rektor IPB menyampaikan rasa belasungkawa yang mendalam dan mendoakan semoga Allah SWT menerima segala amal ibadah almarhumah dan mengampuni kesalahannya.

Menurut Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Dr. Drajat Martianto, IPB saat ini sudah mengirimkan perwakilannya ke lokasi kejadian untuk berkoordinasi dengan keluarga Ani.

Selain itu, pihak kampus juga berkoordinasi dengan rombongan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) IPB yang sedang mengikuti kegiatan di Tanjung Lesung, Banten.

"Alhamdulillah rombongan tiga bus sudah dalam perjalanan pulang ke Bogor. Insyaallah seluruh pengurus BEM KM IPB 2018 yang ikut agenda di Tanjung Lesung selamat," ujarnya setelah menghubungi Surya Bagus, Wakil Ketua BEM KM, Minggu (23/12/2018).

Menurut Surya, awal mula begitu air laut naik ke lokasi homestay, seluruh mahasiswa langsung berlari dan sambil menyelamatkan barang-barang penting yang sekiranya bisa dibawa. Mereka berlari ke arah bukit bersama-sama warga di sana untuk menghindari tsunami.


Hujan Lebat dan Angin Kencang

Kalicaa Villa di Tanjung Lesung yang terkena tsunami Anyer.

"Setelah sekitar pukul 01.00 WIB kami memutuskan untuk turun bersama ke tempat yang lebih aman. Melihat mobil lalu lalang dan menurut informasi banyak korban di titik pusat lokasi di Tanjung Lesung, kami ikut untuk menyelamatkan korban di sana bersama anggota PMI," ujarnya.

Ia mengatakan sekitar 15 jenazah korban tsunami Selat Sunda ditemukan saat itu. Namun, ia baru mengetahui penyebab bencana pada malam minggu itu sebagai tsunami baru sekitar pukul 03.30 WIB.

"Semua petugas mengevakuasi diri menjauh dari titik lokasi. Dengan kondisi tersebut, kami memutuskan untuk segera kembali ke Bogor dengan bus kami," kata Surya. Kabar selamatnya seluruh mahasiswa ini baru didapatkan pukul 07.00 WIB setelah ponsel Surya ditemukan.

Berdasarkan siaran pers dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), peristiwa tsunami sekitar pukul 21.27 WIB pada Sabtu malam, di Pantai Barat Banten tidak dipicu oleh gempa bumi. BMKG mendeteksi dan memberikan peringatan gelombang tinggi yang berlaku mulai 22 Desember 2018, pukul 07.00 WIB, hingga 25 Desember 2018 pukul 07.00 WIB.

Pukul 09.00 terjadi hujan lebat dan angin kencang di perairan Anyer. Pada malam pukul 21.03 WIB, Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus-menerus akibat Gunung Krakatau yang mengalami erupsi dan mengakibatkan gelombang tsunami.

Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, mengimbau warga agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Juga diimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selat Sunda hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya