Liputan6.com, Cilacap - Bagi keturunan Tionghoa, bawal putih bukan sekadar ikan. Ikan laut ini dipercaya membawa keberuntungan.
Biasanya, mereka akan menyajikan hidangan istimewa ini pada hari-hari besar. Entah acara keluarga, maupun hari-hari besar keagamaan.
Memang, permintaan tertinggi bawal putih biasanya terjadi menjelang tahun baru China, Imlek. Namun, tak dipungkiri, banyak pula keturunan Tionghoa yang beragama Nasrani dan hendak merayakan Natal 25 Desember 2018 ini mencari ikan ini.
Itu sebab, permintaan ikan bawal putih pun meningkat tajam. Dan pesisir Cilacap, adalah salah satu penyuplai bawal putih untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.
Baca Juga
Advertisement
Seperti tahun-tahun sebelumnya, biasanya permintaan ikan bawal putih sudah naik menjelang akhir tahun. Bawal putih itu akan digunakan dalam perayaan Natal, tahun baru, dan berpuncak pada Imlek atau tahun baru kalender Tiongkok.
Kenaikan harga bawal putih saat ini sudah mencapai kisaran 20 persen dari biasanya. Semakin dekat perayaan Natal dan tahun baru, ikan bawal putih menjadi primadona.
"Kalau bawal putih itu harganya ratusan ribu. Karena untuk persiapan tahun baru, Natalan, Imlek, itu biasanya harusnya sudah terpenuhi bulan-bulan ini," kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap, Sarjono, beberapa waktu lalu.
Harga Ikan Bawal Putih di Cilacap
Dia menerangkan, harga ikan bawal putih dipengaruhi oleh ukuran. Ukuran bawal putih di bawah 200 gram per ekor dihargai Rp 80 ribu per kilogram. Ukuran 200-300 gram per ekor dihargai kisaran Rp 100 ribu per kilogram.
Tertinggi adalah harga bawal putih ukuran 300 gram ke atas yang dihargai paling rendah Rp 250 ribu per kilogram.
"Itu kan pakai size. Kalau yang 300 gram ke atas itu harganya bisa Rp 250 ribuan," ucapnya.
Selain dipengaruhi naiknya permintaan, harga ikan bawal putih juga naik lantaran nelayan kesulitan mencari ikan. Cuaca buruk dan gelombang tinggi menyebabkan nelayan tak bisa leluasa melaut.
Akibatnya, hasil tangkapan nelayan, termasuk ikan bawal pun rendah. Padahal, pada Desember dan Januari pengepul bawal putih sudah mengantre untuk membeli tangkapan nelayan.
Di sisi lain, hasil tangkapan nelayan tak menentu lantaran faktor cuaca, ketinggian gelombang dan keruh atau tidaknya perairan.
"Naiknya luar biasa. Biasanya pembeli ini kan pada berebut, jadi harganya bagus," dia mengungkapkan.
Advertisement
Sulitnya Berburu Bawal Putih di Tengah Cuaca Buruk
Bagi nelayan Cilacap, Samudera Hindia memberikan segalanya. Bawal putih melimpah ruah, asal kondisi perairan dan cuaca mendukung.
"Tidak menentu. Kadang dapat 10 kilogram. Tapi besoknya tidak dapat bawal putih. Tergantung, kejernihan air dan kondisi perairan, kondusif atau tidak," dia mengungkapkan.
Saat ini, laut selatan atau Samudera Hindia sudah memasuki musim angin barat atau musim baratan. Di musim ini, tiupan angin kencang kerap terjadi.
Akibatnya, gelombang laut pun meningkat. Tak hanya itu, cuaca buruk kerap terjadi ketika perahu nelayan masih berada di tengah laut.
Nelayan pun akhirnya hanya bisa melaut dalam waktu terbatas. Jika memungkinkan, mereka akan berangkat. Namun, jika diperkirakan akan ada cuaca buruk, mereka berdiam diri di rumah, kadang sembari memperbaiki alat tangkap.
"Bisa tetap melaut, tapi ya di daerah yang terlindungi. Misalnya, di sebelah Nusakambangan," dia menerangkan.
Simak video pilihan berikut ini: