Liputan6.com, Tokyo - Mantan bos Nissan, Carlon Ghosn, kembali ditangkap pengadilan Tokyo, Jepang. Hal ini karena Ghosn mendapatkan tuduhan baru atas kerugian pribadi senilai sekitar 1,85 miliar yen (16,6 juta dolar AS) dialihkan kepada Nissan pada 2008 lalu.
Sebelumnya, setelah ditangkap dan ditahan pada 19 November 2018, Ghosn akan dilepaskan setelah 30 hari. Namun hal itu urung dilakukan, setelah Jaksa Penuntut menemukan tuduhan lain.
Baca Juga
Advertisement
Alhasil, seperti dilansir Reuters, pada Jumat (21/12), Jaksa Penuntut mengajukan gugatan kembali dan menetapkan Ghosn terseret dalam kasus yang melibatkan kerugian 1,85 miliar yen itu dialihkan kepada Nissan pada 2008.
Jaksa Penutut menuduh Ghosn menyebabkan kerugian pada Nissan, setelah mengalirkan dana sekitar 14,7 juta dolar AS ke rekening sebuah bank terkait di empat kesempatan antara Juni 2009 sampai Maret 2012.
Dengan penangkapan ini, Ghosn rencananya akan ditahan dalam waktu 23 hari ke depan guna menyelidiki kasus yang mungkin akan berkembang. Artinya, Ghosn akan kembali menginap di tahanan selama malam Natal dan Tahun Baru.
Awal Penangkapan
Ghosn pertama kali dikabarkan ditangkap oleh jaksa Tokyo, Senin (19/11/2018), karena pelanggaran keuangan yang dilakukan Ghosn selama memimpin Nissan hampir 20 tahun, dan pabrikan asal Jepang ini tengah mempersiapkan untuk memecatnya sebagai pimpinan perusahaan.
Penangkapan terhadap orang nomor satu aliansi Nissan-Mitsubishi-Renault ini, menyusul tuduhan Nissan yang telah menemukan kesalahan serius Ghosn, termasuk penyalahgunaan dana perusahaan. Demikian dilansir Asia Nikkei, Selasa (20/11/2018).
Pasca kabar penangkapan ini sendiri, Ghosn belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar. Kasus salah satu eksekutif di industri otomotif yang paing kuat dan memiliki gaji tinggi cukup bakal berdampak ke pasar saham, bahkan hingga ke tingkat pemerintahan tertinggi.
"Terlalu cepat untuk menceritakan realitas dan materialitas dari tuduhan tersebut. Namun, negara akan sangat waspada terhadap stabilitas aliansi dan kelompok, serta karyawan," jelas Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Sementara itu, Chief Executive Nissanl, Hiroto Saikawa meminta maaf kepada pelanggan, investor dan karyawan dan menyatakan kemarahan pihaknya atas dugaan pelanggaran itu.
"Selain menyesal, saya merasa sangat kecewa, frustrasi, putus asa, marah dan kesal," kata Saikawa.
Advertisement