Liputan6.com, Jakarta Warga di Pulau Sebesi dan Sebuku, Kabupaten Lampung Selatan, merupakan pulau terdekat dari kawasan Gunung Anak Krakatau. Kedua pulau ini juga terdampak dari tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 21.00 WIB.
Salah seorang warga Pulau Sebesi, Edi mengaku sejak terjadi tsunami bersama warga lainnya belum mendapatkan bantuan. Bersama para pengungsi, dia mengaku telah menyelamatkan diri ke daerah perbukitan.
Advertisement
"Belum (ada bantuan), pengungsi banyak di bukit. Harapannya pemerintah segera memberikan bantuan," kata Edi pada Senin (24/12/2018).
Dia mengaku ketika peristiwa terjadi, pijaran dan kilatan dari Gunung Anak Krakatau. Akan tetapi saat ini, kata Edi, gunung tampak tertutup debu.
Sementara itu, aktivis sosial Yani Sikolah, Kepala Desa di Pulau Sebesi Syamsiar mengatakan saat kejadian ketinggian air mencapai 3 meter.Karena belum ada pelatihan kesiapsiagaan dan simulasi, dia menyatakan warga mengungsu ke ketinggian, seperti dilansir Antara, Minggu (23/12/2018).
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Gelombang Tinggi
Syamsir mengaku gelombang masih tinggi, belum ada distribusi bantuan, lebih 500 jiwa mengungsi ke ketinggian, dengan total penduduk 2.807 jiwa. Mereka butuh perlengkapan pengungsian seperti tenda, family kits, stok makanan dan lain-lain, dan satu balita dikabarkan hilang, pendataan masih dilakukan oleh Kades dan beberapa warga.
Febrilia Ekawati, aktivis LSM di Lampung juga berharap Pemprov Lampung dan Pemkab Lampung Selatan bersama jajaran segera mengambil langkah taktis dan darurat membantu korban tsunami dan memulihakn kondisi di wilayah terdampak.
Dia juga menyampaikan harapan warga korban tsunami itu, termasuk di Pulau Sebesi, untuk meminta dukungan bantuan dari para relawan kemanusiaan segera terjun ke lokasi membantu mereka saat ini sangat memerlukan pertolongan.
Advertisement