Liputan6.com, Jakarta - Menurut penelitian European Centre for Environment and Human Health, kehadiran ruang biru seperti sungai, danau, dan lautan, bisa memberikan efek ketenangan bagi pikiran manusia. Air yang menenangkan ternyata juga bisa berubah menjadi sesuatu yang mengerikan.
Dulu, letusan Gunung Vesuvius di tahun 79 Masehi pernah melenyapkan kota Pompeii dan diperkirakan memakan ribuan korban jiwa. Adapula letusan Gunung Tambora pada 1815 yang menyebabkan A Year Without Summer dan menghilangkan 70 ribu nyawa lebih.
Mengutip berbagai sumber, Selasa (25/12/2018), di zaman modern, kerugian akibat bencana tsunami ternyata adalah yang terbesar.
Baca Juga
Advertisement
Tercatat, tsunami adalah bencana paling merugikan dalam sejarah modern. Ini terjadi pada gempa dan tsunami yang terjadi di Tohoku pada 2011, yang disebut paling merugikan dalam sejarah. VOA menyebut, total kerugian mencapai USD 309 miliar yang saat ini setara USD 346 miliar.
Bila dirupiahkan, kerugian bencana di timur laut Jepang itu mencapai Rp 5.035 triliun, atau hampir lima kali harta Jeff Bezos, orang terkaya di dunia. Jumlah kerugian dari bencana tersebut mengalahkan kerugian akibat badai tropis dan gempa.
Sebelumnya, bencana tsunami terjadi pada 2004 menghilangkan hingga 227 ribu nyawa, hampir 170 ribu di antaranya berasal dari Indonesia.
The Guardian menghitung pada 2005, kerugian bencana tersebut mencapai USD 4,4 miliar atau saat ini setara USD 5,6 miliar (Rp 81,4 triliun).
Menurut National Geographic, kekuatan gempa sebelum tsunami itu setara dengan 23 ribu bom atom Hiroshima.
Namun, itu bukan satu-satunya tsunami di Nusantara yang menyebabkan kerugian besar. 121 tahun sebelumnya, Gunung Krakatau pernah meletus dan mengakibatkan tsunami yang merenggut nyawa 36 ribu orang.
Pada akhir September lalu, National Geographic menuliskan artikel berjudul "Akankah Indonesia Siap untuk Tsunami Selanjutnya?"
Dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi lautan. Serta berada pada posisi Ring of Fire, tentu negara ini harus mampu menghadapi bencana tsunami.
BMKG Sebut Punya Peta Daerah Rawan Tsunami, Ini Titik-titiknya
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya sudah memiliki peta kerawanan tsunami yang disusun bersama lembaga lain. "Tsunami sudah dilakukan [BMKG, BPPT, LIPI dan IPB. Sedangkan prediksi gempa sedang dilakukan. Peta potensi sudah ada," ucap Dwikorita, Jakarta, Kamis (5/4/2018).
Senada, Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG Jaya Murjaya mengungkapkan, sejak 2001, pihaknya bersama tim sudah membuat peta potensi kerawanan tsunami tersebut.
"Di mana saja, yaitu di sepanjang Barat Sumatera, Pantai Selatan Jawa, Selatan Nusa Tenggara, di Utara Nusa Tenggara, pantai Utara Papua. Kemudian Pantai Timur Manado Barat dan Maluku. Pantai utara Sulawesi, Toli-Toli, kemudian bagian barat Pantai Sulawesi. Di Mamuju, kemudian di pulau-pulau kecil Ambon," jelas Jaya.
Dia menuturkan, sampai saat ini sesuai. "Terus dilakukan evaluasi untuk memprediksi terjadinya tsunami," ia menjelaskan.
"Sampai saat ini sesuai," kata Jaya.
Advertisement