Cerita Nelayan Asal Bugis saat Tergulung Ombak Tsunami Selat Sunda

Awalnya, terdengar suara bising di luar rumah. Seorang nelayan bernama Aziz mengira, sejumlah orang tengah bertikai.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 25 Des 2018, 06:10 WIB
Pemandangan dari udara kawasan pemukiman nelayan di Kampung Sumur Pesisir, Pandeglang, Banten, Selasa (24/12). Kampung Sumur yang dihuni ratusan nelayan luluh lantak disapu tsunami. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Banten - Lelaki setengah baya berdiri di pinggiran pantai di Desa Sumberjaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang Banten. Dia berdiri tepat berada di atas rumahnya yang hancur diterjang gelombang tsunami Selat Sunda.

Wajah si nelayan bernama Azis Semang itu terluka, tangan dan kakinya pun demikian. Namun dia tetap tegar saat menceritakan detik-detik dirinya tergulung ombak sejauh 200 meter.

Ketika itu, Aziz sedang bersama istri, anak, dan ibunya di rumah. Tiba-tiba, air datang tanpa peringatan. Rumah Aziz hancur, anggota keluarganya pun turut tergulung ombak.

Awalnya, terdengar suara bising di luar rumah Aziz. Ia mengira, sejumlah orang tengah bertikai. Tetapi tak disangka, gelombang tsunami yang datang.

"Saya pikir ada orang kelahi (berantem). Di depan ada pasar malam soalnya," ujar dia, Senin (24/12/2018).

Aziz yang penasaran dengan suara bising itu, akhirnya keluar rumah. Perkiraan Aziz tentang keributan warga ternyata salah. Air laut setinggi lima meter justru yang menghampirinya. Menerjang semua yang dilaluinya.

"Tiba-tiba (ombak datang). Saya tergulung sampai sana. Sejauh 200 meter mungkin," kata dia.

Saat diterjang ombak, Aziz hanya berupaya agar selamat. Ia pun terus memanjatkan doa, berharap anggota keluarganya juga selamat.

Setelah sekian lama terombang-ambing di lautan, akhirnya Aziz kembali ke tepian. Ia pun bersyukur, seluruh keluarganya selamat.

"Beruntung saya nelayan, terbiasa di tengah-tengah air lautan. Saya melihat anak saya sedang digendong ibu saya, mereka selamat, hanya luka-luka," kata dia.


Korban Jiwa

Sebelumnya, Badan SAR Nasional (Basarnas) mencatat 334 orang meninggal dunia akibat gelombang tsunami yang menerjang perairan Selat Sunda, Provinsi Banten, Sabtu 22 Desember malam. Jumlah itu masih sementara dan ada kemungkinan bertambah.

Selain korban meninggal, BNPB juga mencatat 1.016 orang mengalami luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi yang tersebar di lima kabupaten yakni Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.

Ribuan personel gabungan TNI, Polri, BNPB, Basarnas, sejumlah kementerian lembaga, relawan dan masyarakat saat ini masih berusaha mengevakuasi dan mencari para korban.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya