Liputan6.com, Jakarta Anak-anak ikut menjadi korban tsunami Selat Sunda yang menerjang Banten dan pesisir Lampung pada Sabtu, 22 Desember 2018. Sebagian mengalami cedera dan luka-luka. Bahkan ada pula yang terpisah dari orangtuanya.
Baca Juga
Advertisement
Anak korban tsunami Selat Sunda bisa didera trauma mendalam. Psikolog Jerry Bubrick dari Child Mind Institute mengatakan, anak-anak yang trauma sering memikirkan dan mengingat kembali hal-hal buruk yang pernah menimpanya.
Ada beberapa pendekatan untuk mengatasi trauma pada anak korban tsunami. Cara ini berbeda dengan cara mengatasi trauma pada pasien dewasa. Anak butuh perhatian ekstra.
Habiskan waktu bersama anak
Jangan membiarkan anak seorang diri. Habiskan waktu bersama anak. Anda bisa menemaninya tidur, makan, mengajak bercanda, dan bermain. Hal ini dilakukan agar ia tidak merasa terlalu kesepian.
Ajak mengobrol
Ajak anak mengobrol tentang apa yang dirasakan. Langkah ini dilakukan setelah anak tidak lagi merasa ketakutan dan kesepian. Gunakan kalimat yang sederhana dan tutur kata yang lembut.
Jelaskan kepada anak, tsunami Selat Sunda atau bencana alam lain tidak bisa dikontrol oleh manusia, sebagaimana dikutip KlikDokter, Selasa (25/12/2018).
Saksikan video menarik berikut ini:
Ajarkan keikhasan
Jika ada anggota keluarga atau temannya meninggal atau hilang karena tsunami. Katakan kepadanya, apa pun yang terjadi, Anda akan selalu ada dan siap untuk menolongnya.
Tidak sering akses medsos
Untuk sementara waktu, usahakan agar anak tidak sering mengakses media sosial ataupun televisi yang didominasi berita seputar tsunami. Jangan sampai anak menyaksikan video atau foto korban, rekaman gambar seputar bencana atau rusaknya bangunan.
Hal ini bertujuan agar anak tidak kembali sedih dan mengingat kembali peristiwa yang membuatnya trauma. Anda bisa membiarkan anak mengakses medsos bila emosi anak lebih stabil.
Advertisement
Obat cedera dan luka-luka
Kondisi anak korban tsunami Selat Sunda bisa saja tertimpa reruntuhan atau terhantam puing-puing yang terbawa ombak. Anak bisa mengalami luka-luka maupun patah tulang.
Sebelum menangani kondisi mental anak, prioritaskan untuk mengobati luka dan cedera.
Ajarkan anak tentang antisipasi tsunami
Jika kondisi anak sudah stabil, Anda bisa mengajarkannya antisipasi tsunami. Pengetahuan ini dapat melindungi anak kelak di masa mendatang. Apalagi jika anak tinggal di lingkungan yang rawan bencana.