Liputan6.com, Kabul - Sejumlah pejabat Afghanistan mengatakan, sekelompok laki-laki bersenjata yang belum diketahui identitasnya, termasuk beberapa pembom bunuh diri, menyerbu sebuah gedung pemerintah di Kabul pada 24 Desember 2018.
Pada Selasa 25 Desember, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Afghanistan, Wahid Majroh mengatakan, sejauh ini 43 mayat dan 10 orang yang cedera telah diangkut dengan ambulans dari lokasi serangan.
Seorang polisi meninggal dan tiga gerilyawan ditembak hingga tewas selama tujuh jam baku-tembak di dalam kompleks pemerintah itu.
Baca Juga
Advertisement
Aparat menduga, pelaku penyerangan merupakan kelompok militan gerilyawan garis keras terafiliasi Taliban atau ISIS di Afghanistan, demikian seperti dikutip dari Antara (25/12/2018).
Serangan itu berawal pada Senin (24/12) pagi ketika seorang pembom bunuh diri meledakkan mobil bermuatan bahan peledak di luar gedung Kementerian Urusan Syuhada dan Difabel.
Ledakan itu membuat kelompok penyerang dapat memasuki gedung kementerian. Beberapa penyerang berusaha mengambil sandera, dan yang lain terlibat baku-tembak lama dengan pasukan keamanan lokal.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Najib Danish mengatakan kepada wartawan di Kabul bahwa gedung itu telah dinyatakan aman pasca serangan yang berlangsung selama tujuh jam, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia.
Para pejabat mengatakan, lebih dari 300 pegawai departemen berhasil dievakuasi setelah serangan itu terjadi. Banyak gedung dan departemen penting lain berada di pemukiman yang sama di Kabul.
Belum ada yang mengklaim bertanggung jawab. Namun pemberontak Taliban dan militan ISIS kerap mengklaim serangan-serangan sebelumnya di Kabul dan beberapa wilayah lain di Afghanistan.
Simak video pilihan berikut:
Serangan Terjadi Usai Presiden Trump Akan Menarik Pulang Tentara AS
Serangan paling akhir itu dilancarkan cuma beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan, ia sedang mempertimbangkan penarikan sedikitnya 5.000 dari 14.000 prajurit AS yang saat ini ditugaskan di Afghanistan.
Kemungkinan penarikan ribuan prajurit AS telah menyulut kebingungan dan panik di kalangan Pemerintah Kabul dan misi asing yang khawatir bahwa penarikan mendadak akan mengakibatkan kebangkitan rejim Taliban, yang berjuang untuk mengusir pasukan asing, menggulingkan pemerintah dukungan Barat serta memulihkan versi mereka mengenai hukum Syari'ah garis keras di Afghanistan.
Tapi Jenderal Marinir Joseph Dunford, Kepala Staf Gabungan yang berada di Afghanistan pada Malam Natal dan dikutip oleh saluran berita lokal, mengatakan misi buat tentara AS di Afghanistan berlanjut tanpa perubahan.
"Ada segala jenis desas-desus yang beredar," kata Dunford sebagaimana dikutip saluran berita lokal, saat berpidato di hadapan tentara AS yang berkumpul pada Senin di satu pangkalan di Afghanistan.
"Misi yang kalian jalani hari ini sama dengan misi yang kalian laksanakan kemarin," katanya.
Advertisement