Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih melakukan riset terkait letusan kecil Gunung Anak Krakatau yang menimbulkan longsoran pemicu tsunami di Selat Sunda. Dari penelitian, ditemukan adanya jeda waktu 24 menit yang sebenarnya bisa dimanfaatkan warga untuk menyelamatkan diri.
"Kalau kita melihat fenomena kemarin, berdasarkan hasil penelitian ada tenggat waktu 24 menit dari longsor memicu tsunami, perjalanan tsunami sampai menghantam pantai itu ada 24 menit," tutur Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Selasa (25/12/2018).
Advertisement
Pengakuan masyarakat yang selamat, lanjut Sutopo, ada suara gemuruh yang terdengar sebelum tsunami terjadi. Korban selamat itu kemudian langsung lari ke bukit dan tempat-tempat yang tinggi.
"Jadi ada antisipasi setelah gemuruh. Kejadian kemarin memang malam, tapi kan masih sekitar 21.30 WIB-an, belum banyak yang tidur. Kalau terjadi tengah malam jam 02.00 WIB-an gitu pasti banyak (korban). Jadi kondisinya seperti itu, makanya sosialisasi perlu kita tingkatkan," jelas dia.
Terlebih, Indonesia belum memiliki sistem pendeteksi tsunami yang disebabkan oleh longsoran bawah laut dan erupsi gunung api. Sebab itu, tidak ada peringatan bencana yang akhirnya memakan banyak korban. Bahkan untuk menerka soal gemuruh pun tidak dipungkiri masih terbilang sulit.
"Kalau yang dibangkitkan oleh gempa, air surut dulu. Yang (di acara) Seventeen band itu tidak tahu karena suara musik keras sekali. Sementara masyarakat yang ada di sekitarnya, termasuk orang PLN yang tidak ikut acara band, dia tetap di penginapan dan selamat," Sutopo menandaskan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Korban Meninggal Teridentifikasi
Sementara itu, sebanyak 185 dari 222 jenazah sudah teridentifikasi oleh Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri bersama RSUD Berkah Pandeglang, pascatsunami Selat Sunda. Baru 170 jenazah yang sudah diambil oleh keluarga, sisanya masih di RSUD Berkah.
"Terdapat 37 jenazah yang masih belum teridentifikasi, kendalanya tidak ada identitas yang melekat pada korban, ada juga sidik jari yang rusak dan kurangnya data antemortem," kata Kabid Humas Polda Banten AKBP Edy Sumardi di Posko Polda Banten di Hotel Wira, Pandeglang, Senin malam kemarin.
Sementara itu, di tempat yang sama, Kabag Infodok Divisi Humas Polri, Kombes Sulistyo Pudjo menambahkan jumlah masyarakat yang mengungsi akibat tsunami di Banten sebanyak 8.050 orang.
"Kepolisian telah membuka posko pengungsian di beberapa wilayah di antaranya di Kecamatan Panimbang Desa Sabana, Kecamatan Pulosari dengan titik pengusian Kantor Desa Sukasari, Kecamatan Sumur, dan di Desa Angsana. Di Hotel Wira Carita ini kita juga buka posko bantuan," ujar Sulistyo.
Advertisement