Liputan6.com, Jakarta - PT Phapros Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (26/12/2018). Perusahaan dengan kode saham PEHA itu merupakan perusahaan ke-57 dan emiten ke-619 yang melakukan penawaran saham perdana atau Innitial Public Offering (IPO).
Direktur Utama Phapros, Barokah Sri Utami mengatakan, keputusan IPO didasari beberapa pertimbangan. Salah satu di antaranya ialah disebabkan seiring dengan kinerja perusahaan yang sedang tumbuh.
"Per September 2018, Perseroan membukukan laba sebesar Rp 96 miliar. Hal ini sesuai harapan komisaris dan direksi untuk growing double digit," tutur dia di Gedung BEI, Rabu pekan ini.
Baca Juga
Advertisement
Harga saham PEHA pada saat pembukaan perdagangan di BEI pukul 09.00 WIB naik tipis jadi jadi Rp 1.200, dari harga IPO sebesar Rp 1.198 per unit. Tidak ada volume perdagangan saham di pasar reguler hingga waktu tersebut.
Frekuensi perdagangan saham bernominal Rp 100 per unit itu juga stagnan. Kemudian saham PEHA naik 50 persen ke posisi Rp 1.800 per saham. Total frekuensi perdagangan satu kali.
Perseroan menawarkan saham 840.000.000 saham baru dengan harga pembukaan Rp 1.198 per saham. Dengan nilai tersebut, total nilai pencatatan saham baru mencapai Rp 201,32 miliar. Dalam IPO tersebut, adapun penjamin pelaksana emisi efek perseroan yaitu PT Bahana Sekuritas.
Sebelumnya, Perseroan telah mengakuisisi perusahaan farmasi PT Lucas Djaja dan entitas anak yang berlokasi di Bandung. Perusahaan menandatangani perjanjian jual-beli saham dengan Lucas Djaja Group 55 persen saham Lucas Djaja.
Melalui kerja sama tersebut, Perseroan menargetkan penambahan kapasitas produksi menjadi 5 miliar tablet atau bertambah sekitar seperempat dari kapasitas produksi sebelumnya sebanyak 4 miliar tablet.
Sri Mulyani Ingin 1.000 Perusahaan Catatkan Saham di BEI
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengapresiasi 50 perusahaan yang telah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2018.
Dengan demikian, ada 600 perusahaan yang secara resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal tersebut. Sri Mulyani berharap dalam waktu dekat 1.000 perusahaan akan melepas saham perdana ke publik atau Initial Public Offering (IPO).
Oleh karena itu, pihaknya akan menyiapkan sejumlah regulasi pendukung dan merevisi aturan yang dianggap kurang memadai dengan kondisi terkini.
"Saya menginginkan nanti kalau bisa suatu saat Indonesia bisa capai 1.000 dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bisa enggak? Saya rasa bisa. Saya anggap Anda semua-nya bisa punya potensi untuk bisa listed," ujarnya saat memberi paparan di acara Ceo Network, Jakarta, Senin 3 Desember 2018.
Sri Mulyani mengatakan, salah satu kebijakan yang akan dikaji adalah pemberian intensif perpajakan bagi perusahaan. Pihaknya pun akan melihat bagaimana dampak kebijakan insentif pajak saat ini mampu menarik perusahaan.
"Sebetulnya yang dilakukan selama ini melalui perpajakan kita akan memberikan supaya mereka lebih listed dengan tax perubahan supaya mereka bisa," tutur dia.
"Kita evaluasi sepanjang satu tahun ini, tahun ini cukup banyak. Concern-nya bukan cuma itu saja. Nanti kita lihat. Tapi saya tentu mendorong para perusahaan-perusahaan itu untuk listed. Karena itu baik bagi perekonomian kita," sambungnya.
Sri Mulyani menambahkan, ruang melakukan revisi aturan lama masih terbuka. Jadi ke depan, bisa disesuaikan dengan tantangan pasar modal terkini.
"Direvisi selalu kita terbuka untuk seluruh policy perpajakan yang selama ini sudah kita lakukan dan sudah memiliki periode yang cukup panjang kita akan lihat efektivitas nya. Apakah masih diperlukan atau tidak apakah perlu dimodifikasi berdasarkan tantangan sekarang ini," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement