Temuan Luar Biasa dari Situs Liyangan Lereng Gunung Sindoro

Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan sisa bangunan beserta eksterior dan pelatarannya di situs Liyangan Lereng Gunung Sindoro.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 26 Des 2018, 19:00 WIB
Balai Pelestarian Cagar Budaya dan Balai Arkeologi telah menetapkan Situs Liyangan sebagai situs terlengkap di dunia.

Liputan6.com, Temanggung - Peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan sisa bangunan beserta eksterior dan pelatarannya di situs Liyangan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, dalam penggalian yang dilakukan selama November. Kabupaten itu berlokasi di lereng Gunung Sindoro

"Ekskavasi November kemarin hasilnya luar biasa. Kami menemukan bukan hanya sisa bangunan rumah yang bahannya dari bambu, kayu, ijuk, tetapi juga eksteriornya, sekaligus pelatarannya," kata Kepala Balai Arkeologi Yogyakarta Sugeng Riyanto ketika dihubungi dari Temanggung, Rabu (26/12/2018).

Ia mengatakan bahwa petugas sudah mengambil sampel temuan bekas bangunan di situs tersebut untuk meneliti umurnya.

"Kami sudah ambil sampelnya untuk mengetahui kronologinya kapan, namun kami menduga itu abad ke-9 karena di dekat situ ada guci keramik dari Dinasti Tang abad ke-9," katanya, dilansir Antara.

"Kalau itu nanti bagian dari era pemujaan pasti merupakan tempat yang sangat khusus untuk prosesi, atau kalau itu nanti terbukti rumah hunian, yang menghuni itu pasti orang yang istimewa," katanya mengenai sisa bangunan berukuran besar di situs Liyangan Gunung Sindoro.

Pelataran bekas rumah berukuran besar di situs Liyangan itu, menurut dia, memiliki talut setinggi 1,5 meter.

"Dugaan kami bahwa Liyangan dulu luasannya 10 hingga 12 hektare memang terbukti dan kebetulan lokasi tersebut sudah dibebaskan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah jadi kami leluasa melakukan ekskavasi," katanya.

Peneliti selama ekskavasi juga menemukan komponen berbahan kayu dengan lebar hampir 0,5 meter dan tebal delapan sentimeter serta bambu istimewa, yang semuanya sudah berbentuk arang, dalam penggalian bekas bangunan yang berada di barat sungai tersebut.

Balai Arkeologi dengan bantuan ahli dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) akan meneliti temuan kayu bekas bangunan tersebut untuk mengetahui jenisnya.

Ia mengutip informasi dari Fakultas Kehutanan UGM bahwa pada masa itu ada sekitar 10 jenis kayu yang sering digunakan untuk membuat bangunan.

"Khusus untuk bangunan saya punya mimpi suatu ketika kita punya hutan khusus untuk pohon-pohon yang dulu sering digunakan untuk bangunan rumah. Kita buat hutan khusus yang jenisnya hanya itu saja dan nanti kalau mau membuat replikanya maka kayu sama jenisnya, selain itu hutan itu juga bisa untuk wisata," katanya.

Ia menambahkan bahwa petugas melindungi area tempat bekas bangunan dan pelataran di situs Liyangan di kawasan Gunung Sindoro dengan pagar pembatas karena kondisinya sangat rapuh. Warga yang ingin melihat, bisa menyaksikannya dari luar pagar pembatas.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya