Liputan6.com, Malang - Gunung Semeru ditutup untuk aktivitas pendakian pada 3 Januari 2019 mendatang. Kebijakan itu untuk kepentingan pemulihan ekosistem di kawasan tersebut. Meski demikian, para pendaki tetap diizinkan merayakan malam pergantian tahun baru di Mahameru.
Kepala Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS), Sarif Hidayat kepada Liputan6.com mengatakan, selain pemulihan ekosistem, penutupan Gunung Semeru untuk pendakian juga mempertimbangan perkiraan cuaca buruk selama Januari–April.
"Ini sebagai antisipasi kemungkinan adanya pohon tumbang maupun longsor. Karena perkiraan cuaca kan intensitas hujan tinggi disertai angin kencang," kata Sarif di Malang, Rabu (26/12/2018).
Baca Juga
Advertisement
Jika izin pendakian tetap dibuka, dikhawatirkan bisa membahayakan keselamatan para pendaki itu sendiri. Sejauh ini belum ada laporan adanya titik longsor maupun pohon tumbang di sepanjang jalur pendakian.
Gunung tertinggi di Pulau Jawa itu sendiri selalu rutin ditutup setiap awal tahun. Prioritas utamanya adalah memulihkan kembali ekosistem kawasan setelah hampir 8 bulan dibuka untuk pendakian. Harapannya, keanekaragaman hayati di taman nasional itu tetap terjaga.
"Pemulihan bisa berjalan dengan alami jika Semeru ditutup untuk berbagai aktivitas pengunjung di dalam kawasan," tutur Sarif.
Malam pergantian tahun pun jadi momen terakhir dibukanya izin pendakian ke gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu. Diperkirakan, ribuan pendaki akan menjejali Semeru untuk merayakan tahun baru 2019.
Berdasarkan data BB TNBTS, izin pendakian selama 22–31 Desember sudah penuh dipesan. Kuota setiap hari yang diberikan adalah sebanyak 600 orang pendaki. Pengunjung hanya diberi izin selama 3 hari 2 malam ada di dalam Gunung Semeru.
"Per 31 Desember 2018 tentu izin pendakian sudah tak ada lagi. Karena itu, setelah pergantian tahun penutupan gunung bisa dimulai,” kata Sarif.
Simak juga video pilihan berikut ini: