Liputan6.com, Jakarta Beberapa negara telah melegalkan penggunaan ganja. Tak hanya sebagai obat, ganja juga diperbolehkan dikonsumsi secara rekreasional. Meski bisa digunakan sebagai obat, tetap ada risiko yang perlu diwaspadai dari penggunaan ganja. Bagi pria, penggunaan ganja berdampak pada kualitas sperma.
Baru-baru ini sebuah studi kecil terkait ganja yang melibatkan 24 peserta diterbitkan dalam jurnal Epigenetics mengungkap untuk pertama kali, konsenstrasi tinggi tetrahyrocannabinol (THC) dalam urine berkaitan dengan jumlah sperma yang rendah. Studi ini juga menyimpulkan, bentuk sperma pengisap ganja mengalami perubahan genetik.
Advertisement
Dalam studi sebelumnya, penggunaan ganja dikaitkan dengan pertumbuhan abnormal, bahkan kanker. Mengisap ganja juga bisa menurunkan jumlah sperma dalam air mani.
Namun, baru studi terbaru ini yang pertama kali mengaitkan kandungan THC dalam urine dengan jumlah sperma. Bahkan jumlah sperma pria yang sama sekali tak mengisap ganja dua kali lipat dari jumlah sperma pria pengisap ganja.
Saksikan juga video berikut ini:
Perlu studi lebih lanjut
Melansir laman Health.com, Rabu (26/12/2018), para peneliti mengkhawatirkan perubahan bentuk sperma dari pria pengisap ganja. Pasalnya, perubahan tersebut melibatkan ratusan gen yang berperan dalam pertumbuhan janin, yakni gen yang memengruhi perkembangan organ pada embrio, serta gen yang memengaruhi pertumbuhan fisik embrio secara normal. Semakin tinggi kandungan THC dalam urine pria, semakin besar perubahan genetik tersebut.
"Kami belum tahu apa arti perubahan itu, tapi fakta bahwa semakin banyak pria muda di usia produktif memiliki akses legal pada ganja adalah hal yang harus kita pikirkan," ujar penulis studi Scott Kollins, profesor psikiatri dari Duke University.
Perlu riset lebih lanjut untuk memahami dampak ganja pada sperma secara lebih mendalam. Sementara ini, hasil studi terbaru tersebut memperingatkan kita agar lebih waspada terhadap risiko yang ditimbulkan.
Advertisement