Cuaca Sulitkan Pencarian Korban Tsunami Selat Sunda

Ada tiga hal yang menyulitkan pencarian korban tsunami Selat Sunda. Salah satunya, cuaca.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Des 2018, 07:24 WIB
Anggota Batalyon Infanteri 315/Garudadi TNI AD melakukan penyisiran korban tsunami di kawasan Tanjung Lesung Beach Club, Pandeglang, Banten, selasa (25/12). Penyisiran dilakukan disekitar bangunan yang roboh. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, cuaca buruk dan terbatasnya alat berat jadi kendala pencarian dan evakuasi korban tsunami Selat Sunda. Selain, sambung dia, medan yang berat.

"Jalan banyak mengalami kerusakan dan cuaca tidak bersahabat, bahkan ada daerah yang kemarin terkena tsunami yang banjir," kata Sutopo di Jakarta, Rabu 26 Desember 2018.

Menurut dia, tanpa terkena tsunami pun, sejumlah ruas jalan di wilayah Pandeglang rusak. Apalagi setelah diterjang air laut, kondisinya semakin menyulitkan untuk evakuasi dan penyaluran bantuan.

Pencarian korban tsunami Selat Sunda di perairan yang dilakukan tim SAR bersama TNI, juga terkadang harus menghadapi kendala cuaca.

Meski demikian, tim SAR gabungan mulai berhasil menembus Kecamatan Sumur di Pandeglang, Banten, yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).

Tim SAR menyusuri kecamatan paling ujung di Banten ini untuk melakukan evakuasi, dropping logistik dan mengangkut masyarakat yang sakit ke rumah sakit di Pandeglang.

Tsunami yang terjadi karena longsoran seluas 64 hektare di barat daya lereng Gunung Anak Krakatau pada Sabtu 22 Desember 2018, menyapu pantai sepanjang 312,78 kilometer (km) di empat kabupaten yakni Serang dan Pandeglang di Provinsi Banten, serta Lampung Selatan dan Tanggamus di Provinsi Lampung.

Tinggi tsunami di sepanjang pantai tersebut berbeda-beda. Berdasarkan analisis, gelombang lebih tinggi di pesisir arah tenggara Gunung Anak Krakatau.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Waspada

Pemandangan kehancuran usai tsunami menerjang Kampung Sumur Pesisir, Pandeglang, Banten, Senin (24/12). Pascatsunami Selat Sunda, warga pulang untuk mencari barang berharga miliknya. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Sutopo meminta masyarakat untuk hanya mengikuti peringatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang menetapkan status Gunung Anak Krakatau tetap Waspada Level II, dengan radius jarak aman dua km dari kawah gunung.

Sedangkan untuk peringatan gempa dan tsunami, ia meminta masyarakat mengikuti imbauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk menjauhi bibir pantai sejauh satu kilometer.

Pengungsi saat ini, menurut Sutopo, membutuhkan bantuan bahan kebutuhan sehari-hari seperti makanan, sanitasi, selimut, air bersih, sanitasi, tenda pengungsi, genset dan BBM, trauma healing, listrik, kantong jenasah, derek untuk memindahkan mobil yang rusak dan menghalangi jalan pascatsunami

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya