Gunung Agung Level Siaga, Bali Aman Dikunjungi

Menteri ESDM Ignasius Jonan menyatakan, Bali aman dikunjungi, meski status Gunung Agung berstatus siaga level 3.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Des 2018, 10:30 WIB
Wisatawan berkunjung ke Pelataran Agung Pura Lempuyang, Karangasem, Bali, Kamis (7/12). Erupsi Gunung Agung menyebabkan sejumlah destinasi wisata di kawasan Bali Timur mengalami penurunan jumlah wisatawan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Bali - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyatakan, Bali aman dikunjungi, meski status Gunung Agung yang terletak di pulau tersebut berstatus siaga level 3.

Jonan mengatakan, setelah mendapat informasi dari pos pemantauan Gunung Agung, di Kabupaten Karangasem, Bali, aktivitas Gunung Agung tidak mengalami gejolak signifikan. Jadi Bali aman untuk dikunjungi.

"Kalau dari laporan Pos Rendnag aktivitas kurang lebih sama beberapa bulan lalu," kata Jonan, di Bali, Kamis (27/12/2018).

Jonan mengakui, saat ini status vulkanik Gunung Agung‎ berada di level 3 siaga, dengan jarak radius di luar 3 kilometer (km) dari puncak gunung. Di luar wiayah tersebut aman untuk dikunjungi.

"Kami melihat kegiatan vulakanis tidak ada hal-hal yang meningkat. Status kita pertahankan level 3 radius 3 km dari kawah, tutur dia.

Untuk meminimalkan korban atas terjadinya bencana alam, Jonan sudah meminta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk melakukan kerja sama, membuat peta wilayah rawan bencana untuk mendeteksi sedini mungkin bencana alam. 

‎"Saya sudah minta pusat vulkanologi kerja sama lebih intens dengan BMKG untuk sedini mungkin mendeteksi di wilyah rawan bencana misal gempa, tsunami," ujar dia.

 


Resmikan Pos Pemantauan Gunung Agung, Hal Ini Jadi Perhatian Menteri Jonan

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meresmikan pos pemantauan Gunung Agung yang telah rampung direnovasi, di Karang Asem, Bali‎. Liputan6.com/Pebrianto Eko Wicaksono

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meresmikan pos pemantauan Gunung di Karang Asem, Bali‎, yang telah rampung direnovasi.

Jonan mengatakan, ‎Kementerian ESDM melakukan renovasi skala besar dan kecil serta membangun baru pos pemantau gunung. Ini salah satunya ada Pos Pemantauan Gunung Agung.

"Pagi ini saya coba melihat renovasi besar gedung pos pengamatan Gunung Agung di Rendang‎. Saya juga minta bahwa semua pos di renovasi, kalau dibangun ya dibangun baru. Walau tidak pakai tambahan anggaran minta-minta ya sudah dihemat," kata dia di Pos Pengamatan Gunung Agung, Bali 26 Desember 2018.

Menurut Jonan, pos pengamatan Gunung Agung di Kecamatan Rendang tersebut termasuk yang ukuran besar, serta memiliki alat terlengkap di Indonesia.‎

Sebelum meresmikan pos pemantauan Gunung Agung tersebut, Jonan melakukan pemeriksaan ruangan termasuk toilet dan alat pemantau‎. Dia pun menyayangkan, meski bangunan pos pemantauan relatif baru tetapi kondisi toilet kurang bersih.

‎"Saya baru masuk liat toilet, ini toiletnya kotor. Ketua kelasnya siapa?," ujar Jonan.

Menurutnya, setiap mengunjungi pos pemantauan gunung api selalu mendapati toilet yang kurang bersih.‎ Jonan pun memberi arahan ke petugas pemantau untuk menjaga kebersihan toilet, bahkan jika para petugas tersebut tidak mampu membersihkan toilet dia akan memanggil petugas kebersihan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk mengajari.

"Saya setiap ke pos pengamat toiletnya rusak. Semuanya harus membersihkan masa saya harus bawa anak-anak kereta api untuk ngajarin bersihin toilet. Saya ke pos Merapi juga sama toiletnya kotor," tutur Jonan.

Jonan pun berencana melakukan kunjungan ke pos pengamatan gunung api lainya, termasuk di Gunung Agung.

Dia pun mengancam jika kembali menemukan toilet dalam keadaan kotor, akan menginstruksikan kepala pos melakukan pembersihan di bawah langsung pengawasannya.

Kebersihan pos pengamatan gunung api harus dijaga, hal ini untuk menjaga kenyamanan dan semangat para petugas pengamat. Sebab posisi pos pengamat yang jauh dari kehidupan masyarakat akan membuat tidak nyaman jika tempat bekerjanya kotor.

"Alat pengamatan kalau pos besar ya lengkap, hanya lokasinya tidak bisa dipindah, karena itu setiap pos harus nyaman supaya sungguh-sungguh bekerja," tandasnya.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya