Liputan6.com, Amerika Serikat Bakteri yang menyebabkan sifilis, Treponema pallidum subsp. pallidum dapat hadir dalam air mani. Dalam konsentrasi yang cukup tinggi, sifilis dapat menular kepada pasangan. Temuan itu hasil penelitian baru yang dilakukan University of Washington School, Amerika Serikat.
Baca Juga
Advertisement
Dalam kebanyakan kasus, orang tertular sifilis karena terkontak luka dari alat kelamin individu yang terinfeksi. Pertanyaan yang diperdebatkan, apakah bakteri sifilis juga dapat disebarkan melalui air mani.
Peneliti Lorenzo Giacani, seorang profesor kedokteran University of Washington School membuktikan, bakteri sifilis bisa disebarluaskan dari air mani.
Giacani bekerja dengan rekan-rekannya di San Martino University Hospital, Genoa, Italia, memperoleh air mani dari tiga pria yang terinfeksi sifilis. Sampel air mani diambil sebelum ketiganya menerima pengobatan, dilansir dari laman University of Washington School, Kamis (26/12/2018).
Hasil sampel diuji untuk keberadaan DNA dan RNA T. pallidum. Air kencing juga diuji. Ini memastikan air mani tidak terkontaminasi bakteri sifilis saat mengalir lewat uretra (saluran pengeluaran air mani).
Saksikan video menarik berikut ini:
Mengandung sel bakteri sifilis
Para peneliti menemukan, DNA T. pallidum dan RNA terkandung dalam air mani dari salah satu pria. Sampel menunjukkan, air mani pria itu mengandung sekitar 800 sel T. pallidum per mililiter.
Jumlah tersebut termasuk tinggi untuk menyebarkan infeksi, lanjut Giacani. Ia memperingatkan, mengingat ukuran penelitian yang kecil, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuannya.
"Penularan sifilis melalui air mani mungkin sangat jarang terjadi," tambah Giacani. "Yang perlu diperhatikan, siapa pun yang mengalami lesi (luka) genital dan sembuh harus hati-hati, kemungkinan bakteri sifilis bisa saja hadir pada air mani Anda."
Jurnal sifilis ini diterbitkan dalam jurnal Sexually Transmitted Diseases berjudul Treponema pallidum subsp. pallidum DNA and RNA in semen of a syphilis patient without genital or anal lesions. Possible implications for disease transmissibility. Jurnal diterbitkan pada 3 Desember 2018.
Advertisement