Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut jika wilayah Indonesia timur lebih rawan bencana tsunami. Karena, wilayah seperti Sulawesi, Maluku, NTT, dan Papua dilewati tiga lempeng tektonik aktif.
Hal ini juga dibenarkan oleh ahli tsunami dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Hamzah Latief. Menurutnya, sejarah kejadian tsunami di Indonesia timur memang cukup banyak.
Advertisement
"Memang dari sejarah tsunami, jumlah kejadian di Indonesia timur itu memang banyak. Yang kedua, memang tatanan tektoniknya itu lebih rumit, sehingga tsunaminya banyak," ujar Hamzah kepada Liputan6.com di Jakarta, Kamis (27/12/2018).
Hanya saja, lanjut dia, besar tsunami di Indonesia timur tidak sebesar Indonesia bagian barat. Kecuali jika datangnya tsunami bersamaan dengan longsor.
"Seperti di Palu, itu dia (tsunaminya) gabung longsor, tetapi magnitudonya enggak seperti Aceh karena panjang patahannya lebih kecil. Cuma memang rumit," papar dia.
Magnitudonya, menurut Hamzah, sekitar 7,8 sampai 8,8. Tetapi, tidak menimbulkan tsunami besar, kecuali digabung dengan longsor.
Selain itu juga, Hamzah menyebut, jika tsunami terjadi di Indonesia timur, jumlah korbannya akan jauh lebih sedikit.
"Korban di Indonesia timur lebih sedikit karena penduduk yang ada juga lebih sedikit," ucap Hamzah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Imbauan Tsunami
Hamzah mengimbau kepada pemerintah agar lebih berhati-hati dalam mengatur tata ruang. Karena, dengan indahnya pesisir, maka akan banyak masyarakat yang tinggal di sana.
Ia juga meminta agar peringatan dini bisa dilakukan.
"Pertama tentunya early warning system diperbaiki, mulai dari pendeteksian sampai penyebaran informasi ke masyarakat, termasuk sirene dan lain-lain. Perbanyak latihan tsunami drill, supaya masyarakat keluar (dari daerah tsunami)," terang Hamzah.
Dia pun meminta agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bisa aktif mengajarkan masyarakat, lalu bagaimana mengenal tanda-tanda tsunami, dan bagaimana kemudian lari untuk menghindari tsunami.
"Ketiga, tata ruang, kekuatan bangunannya. Karena banyak korban itu karena tertimpa bangunan yang runtuh. Kode bangunannya itu harus diperhatikan. Dan juga penegakan peraturan pemerintah, seperti tentang sempadan pesisir," jelas Hamzah.
Advertisement