Bahas Kondisi Terkini Gunung Anak Krakatau, Luhut Panggil BMKG dan Ahli Vulkanologi

Berbagai pihak yang bertanggung jawab dengan aktivitas gunung Anak Krakatau masih terus melakukan pemantauan.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Des 2018, 19:33 WIB
Gunung Anak Krakatau. (dok BNPB)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan melaksanakan rapat koordinasi (rakor) dengan BMKG dan ahli vulkanologi guna membahas kondisi terkini Gunung Anak Krakatau setelah dinaikkan statusnya menjadi siaga.

"Status dari Anak Krakatau sendiri kan dinaikin jadi siaga itu juga kita amati dengan cermat. Bagaimana sih keadaannya," kata Luhut, di kantornya, Jakarta, Kamis (27/12/2018).

Dia mengatakan berbagai pihak yang bertanggung jawab dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau masih terus melakukan pemantauan. Sebelumnya gunung tersebut terpantau terus menerus mengalami gempa tremor.

Sebagai informasi, gempa tremor adalah gempa yang bisa mengindikasikan aktivitas vulkanik di gunung api. Jika gempa tremor terjadi, maka mengindikasikan sebuah gunung berpotensi meletus.

"Lagi dirapatin ini para ahli-ahlinya kumpul karena ini ditakutkan ada tidak yang mau longsor lagi karena hujan dan karena tremor, tremornya itu tadi malam dilaporin masih ada 3,2, 2,9 magnitude," jelas dia.

Luhut mengatakan, pantauan terhadap kondisi terkini perlu dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan kembali terjadi longsoran di Gunung Anak Krakatau.

Diketahui, hasil Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan terjadinya tsunami di selat sunda karena terjadi longsor di Gunung Api Anak Krakatau. Berdasarkan pemantauan interpretasi citra, kelongsoran di Gunung Anak Krakatau mencapai seluas 64 hektar.

"Akibat tremor ini apakah tanah bisa longsor lagi atau gak karena hujan dan angin. Keliatannya kalau misal itu terjadi bisa lebih besar dari yang 64 hektar kemaren. Apakah lebih besar atau lebih kecil atau tidak sama sekali," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com


Suara Dentuman di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau, Pertanda Apa?

Penampakan jejak abu vulkanis Gunung Anak Krakatau yang tertangkap kamera satelit NASA pada 24 September 2018 (NASA)

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM melalui laporan dari Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan mengingatkan masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dan kawasan Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawahnya.

Menurut Deny Mardiono, Staf Kementerian ESDM, Badan Geologi, PVMBG Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau saat ini dari pengamatan periode 27 Desember 2018, pukul 06.00 sampai dengan 12.00 WIB, disimpulkan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau Level III (Siaga), Kamis (27/12/2018).

Semula level Gunung Anak Krakatau adalah waspada (Level II). Karena itu, direkomendasikan masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah, dilansir Antara.

Berdasarkan laporan aktivitas Gunung Anak Krakatau yang memiliki ketinggian 338 meter dari permukaan laut (mdpl), dengan data diambil dari Stasiun Sertung di dekat Gunung Anak Krakatau, secara visual gunung berkabut 0-III.

Kemudian, asap kawah tidak teramati. Terdengar suara dentuman di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau. Ombak laut sedang.

Kondisi cuaca mendung dan hujan. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur. Suhu udara 26-28 serajat Celsius dan kelembapan udara 70-94 persen. Volume curah hujan tidak tercatat.

Aktivitas kegempaan satu kali gempa tektonik jauh amplitudo 20 mm, lama gempa 102 detik, sp 0 detik. Kegempaan tremor menerus (microtremor) terekam dengan amplitudo 8-27 mm (dominan 20 mm) di Gunung Anak Krakatau.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya