Luhut Minta BMKG Tak Buru-Buru Turunkan Status Siaga Tsunami

Luhut mengharapkan agar masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dalam menyikapi status Gunung Anak Krakatau.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Des 2018, 06:42 WIB
Menkomaritim Luhut Binsar Panjaitan memberi sambutan saat menghadiri penandatanganan kerja sama antar bank sindikasi di Jakarta, Jumat (29/12). Kerja sama antar bank tersebut sebesar 19,25 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Status Gunung Anak Krakatau telah dinaikkan ke level Siaga. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga waspada terhadap potensi tsunami.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengusulkan agar status siaga tsunami jangan buru-buru diturunkan.

"Saya memang usul jangan buru-buru dulu menurunkan siaga tsunami itu. Karena kita lihat dulu, tadinya hari ini mau dilihat lagi citra satelit dengan drone tapi apakah drone ini pagi atau sore ini bisa terbang atau tidak karena cuacanya," kata Luhut saat ditemui, kantornya, Jakarta, Kamis (27/12/2018).

Dengan demikian, informasi yang dikumpulkan terkait Gunung Anak Krakatau akan lebih lengkap.

"Jadi nanti dari hasil evaluasi itu mungkin nanti sore atau malam ini mereka akan simpulkan statusnya bagaimana. Jadi mau dilihat per 6 jam, per 12 jam, atau per 24 jam," ujar Luhut.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini berharap, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dalam menyikapi status Gunung Anak Krakatau.

"Kalau khawatir juga kita semua khawatir. Karena kita kan hidup di ring of fire, jadi tidak ada perlu kita khawatir lebih, yang penting kesiagaan kita menghadapi itu," tandas Luhut.

 

 


Gunung Anak Krakatau Siaga

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Anak Krakatau (GAK) dari waspada menjadi siaga. Langkah ini diambil menyusul intensitas Gunung Anak Karakatau yang makin aktif.

Menurut Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomopurbo, erupsi Gunung Anak Krakatau tidak berpotensi tsunami. Hal ini dilihat dari karakteristik erupsi, yaitu tipe strombolian.

"Tipe strombolian itu enggak menyebabkan tsunami secara langsung. Magma yang keluar setelah gelegar mengalir pelan-pelan menyentuh air. Dan itu tidak menimbulkan tsunami," kata Antonius dalam keterangan pers di Gedung ESDM, Jakarta Pusat, Kamis (27/12/2018).

Antonius menambahkan, yang perlu diwaspadai adalah longsoran lereng Gunung Anak Krakatau. Tsunami bisa terjadi bila ada material besar yang masuk ke dalam air.

Antonius menegaskan, aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini tidak dalam fase mematikan. "Tidak benar masuk fase mematikan. Kalau orang naik ke puncak Krakatau ya mematikan. Tergantung konsteksnya apa," beber Antonius.

Ia meminta masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung untuk tetap tenang dan dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat.

Sebelumnya, pada tanggal 26 Desember dilaporkan terjadi hujan abu vulkanik di beberapa wilayah, yakni di Cilegon, Anyer dan Serang. Tim Tanggap Darurat PVMBG telah melakukan cek lapangan, untuk mengkonfirmasikan kejadian tersebut dan melakukan sampling terhadap abu vulkanik yang jatuh.

Terkait potensi bencana erupsi Gunung Anak Krakatau, Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter kurang lebih 2 km merupakan kawasan rawan bencana.

Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar, aliran lava dari pusat erupsi dan awan panas yang mengarah ke selatan. Sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya